Catatan Sepakbola
Putaran Final Piala Asia
Kualifikasi Piala Dunia U17
Grup C, Asia
Indonesia vs Yaman 4-1
M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior
Jurnal-ina.com – LUAR BIASA. Tampil dengan indah, Garuda Muda yang diarsiteki Nova Arianto, mantan salah satu asisten Shin Tae-yong, membuat sejarah besar untuk sepakbola Indonesia, pada Senin (7/4/2025).
Menang 4-1 atas Yaman di laga kedua Grup C, putaran Final Piala Asia, sekaligus kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia menjadi negara ke-39 yang lolos ke Qatar. World Cup 2026, here we come.
Secara faktual, Evandra Florasta dan kawan-kawan, menjadi tim nasional (timnas) kedua yang akan tampil di Piala Dunia. Tahun 1978, Bambang Nurdiansyah, Mundari Karya, David Sulaksmono dkk, beruntung bisa tampil di putaran final Piala Dunia junior, Tokyo. Mereka menggantikan Irak, juara Asia yang menolak tampil di Kejuaraan Dunia yang disponsori CocaCola, dan Korea Utara, peringkat 3 Asia yang menolak menggantikan Irak karena tidak punya hibungan diplomatik dengan tuan rumah, Jepang.
Tajam
Lepas dari keberhasilan Putu Panji Patriawan dkk merujak Yaman, saya melihat strategi Nova sangat tepat. Selain memiliki pertahanan yang kokoh, Garuda muda juga lumayan tajam.
Total 6 gol yang mereka bukukan, namun sayang, 2 gol awal dibatalkan karena offside. Zahaby Gholy dan Mierza Fijatullah pada menit 4 serta 10.
Gholy sendiri akhirnya kembali mencetak gol lewat tendangan voli yang indah di menit-15. Sepuluh menit kemudian Fably Alberto lewat tandukan kerennya menjebol gawang Yaman yang dikawal Wesam Fuad Al-Asbahi untuk keempat kali.
Dua gol lainnya dicetak babak kedua lewat eksekusi penalti, Evandra Florasta menit-87. Dua menit kemudian, Evandra kembali membobol gawang Yaman, dan itu merupakan gol ketiganya di dua laga putaran final Piala Asia dan kualifikasi Piala Dunia Qatar, 2026.
Jujur, tidak bermaksud menyanjung karena ini adalah langkah awal, sudah lebih dari 20 tahun, di dalam event resmi, inilah timnas pertama yang mampu menjebol gawang lawan 6 kali, meski 2 gol dinyatakan offside.
Ini pun yang jadi titik lemah timnas kita di semua lapisan. Bahkan lima tahun STY bersama kita, tak satu tim pun yang memiliki naluri haus gol. Meski demikian, STY berhasil membuat pilar pertahanan yang kokoh. Itu juga yang diterapkan Nova dan seluruh pasukannya.
Tak berlebihan, sebagai wartawan sepakbola senior, yang sudah bergelut dengan sepakbola nasional, sejak Desember 1979, merasa sangat bangga dengan Garuda Muda ini. Mereka seperti telah membukakan mata kita bahwa masih ada anak-anak kita yang memiliki masa depan cemerlang.
Pelukan kebahagiaan atas keberhasilan
Sebagai catatan, dari masa-masa lalu, anak-anak muda kita, tenggelam terlalu cepat. Padahal, mereka memiliki potensi dan harapan.
Ada dua persoalan yang paling menonjol mengapa hal itu bisa terjadi: pertama, mereka tak mudah menerima pujian atas keberhasilan. Mereka sering terperangkap dengan euforia berkepanjangan. Akibatnya, banyak sekali anak-anak muda kita yang baik di masanya, tapi begitu dipuji, ambyaaar.
Lalu kedua, di era 1980-90an, banyak bintang muda yang tenggelam begitu naik ke jenjang senior. Maaf, meski saya tak akan membuka siapa saja, pasti itu pun bukan kesalahan mereka, faktor utamanya pencurian umur. Tidak tanggung-tanggung, tim under 15 kita diisi lebih dari separuh anak-anak yang sudah berusia 22-25 tahun. Bukan hanya tim itu, terlalu banyak tim kelompok umur yang melakukan hal serupa.
Dulu pembuktian usia tidak dilakukan secara medis. FIFA, AFC dan AFF percaya hanya pada paspor. Ndilalahnya, saat saya mengurus paspor tahun 1982, setumpuk paspor pemain, saya dapati tengah diurus dengan usia yang berbeda.
Tentu bukan hanya Indonesia yang melakukan hal itu, banyak negara, tidak terbatas, melakukan hal serupa. Asia, khususnya Asean dan Afrika yang melakulan paling menonjol.
Saat itu, pembuktian batas usia selain paspor juga dilengkapi oleh medis. Jadi, sangat kecil kemungkinan terjadi lagi pencucian umur seperti dulu.
Untuk itu, sekali lagi, saya bangga pada Putu Panji dan kawan-kawan. Boleh bergembira karena kalian memang hebat, ini fakta yang tak terbantahkan, tapi jangan berlebihan….
M.Nigara
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com