Muhammad Saleh Mustafa bisa dibilang menjadi salah satu putra Ternate yang bersinar. Menandai tanggal kelahirannya, 14 Maret, izinkan saya menuliskan catatan ringan tentang sahabat saya yang murah senyum ini.
Jurnal-ina.com – Letjen TNI Muhammad Saleh Mustafa saat ini menjabat Inspektur Jenderal TNI. Lulusan Akmil 1991 ini, saya kenal sejak pangkat letnan dua yang bertugas di Grup 1 Parako Kopassus Serang, Banten.
Sosok yang berjasa memperkenalkan dengannya adalah sahabat saya di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Namanya, Andi Sirajuddin Kube Dauda, yang akrab dipanggil Aju. Ayah Aju bernama Andi Kube Dauda, mantan Bupati Bulukumba dan Polman, Sulsel.
Aju adalah teman saya sejak Taman Kanak-kanak hingga kelas 1 di SD 2 Teladan Sengkang sekitar tahun 1975. Kami ke sekolah satu becak. Lama tak bersua, tiba-tiba dia muncul di kantor saya tahun 91-an dengan pakaian loreng darah mengalir dengan pangkat Letnan Dua. Saat itu dia baru saja mengikuti latihan anti teror Kopassus. Saya sendiri bekerja sebagai wartawan di Tabloid Wanita Indonesia milik Mbak “Tutut” Siti Hardiyanti Rukmana.
Berkat Aju pula, saya kenal teman-teman Saleh yang lain (hampir semua Akmil 90, 91, 92, 93, 94 yang berada di Korps Baret Merah). Aju sendiri pernah menjadi bagian dari Den 81 Gultor Kopassus serta mengikuti sejumlah penugasan di Timor Timur dan Aceh.
Aju meninggal dunia pada 20 November 2016 pukul 18.20 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat karena sakit. Saat itu Aju bertugas di Kemenhan dengan Pangkat Kolonel. Saya hadir melayat di RS Gatot Subroto menunggui jenazah Aju dimandikan sebelum diterbangkan ke Makassar. Aju dimakamkan dengan upacara militer di TMB (Siri’ Napace) Baddoka Daya, Kota Makassar.
Ditilik secara lichting, Aju satu angkatan dengan Saleh. Keduanya sering ngumpul di kediaman Aju di Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur. Saya pun sering main ke sana. Di rumah Aju pula, acap berkumpul adik lichting mereka, di antaranya Jenderal TNI Maruli Simanjuntak (Angkatan 1992, Kepala Staf TNI-AD), Letjen TNI Iwan Setiawan (Dan Pusenif TNI-AD), Letjen TNI Richard Taruli Horja Tampubolon (Angkatan 1992, Kasum TNI) dan lain-lain.
Tahun-tahun itu, saya melihat para perwira remaja, Aju, Saleh, Maruli, Iwan, Richard dan yang lainnya, mengisi hari demi hari dengan latihan dan latihan. Gemblengan demi gemblengan.
Dari kacamata sipil, saya membaca para perwira remaja itu memasuki markas baret merah dengan semangat yang menyala. Di bawah komando Prabowo Subianto, baik sebagai Dan Pusdikpassus Batujajar 1992-1993 serta sebagai Danjen Kopassus tahun 1995, Kopassus membukukan banyak prestasi.
Sebut saja sejumlah operasi di bidang militer/pembebasan sandera, terjun payung, merpati putih, taekwondo, sampai pencapaian misi ekspedisi pendakian puncak gunung Everest. Salah satu pendakinya adalah Lettu Iwan Setiawan (saat ini Letjen TNI menjabat Dan Pusenif TNI-AD). Di bidang olah raga Judo, Lettu Maruli Simanjuntak (saat ini Jenderal TNI, menjabat Kasad) pun menorehkan catatan juara di berbagai pertandingan bergengsi.
Memimpin pasukan baret merah, termasuk perwira remaja Saleh Mustafa di dalamnya, Prabowo Subianto tentu bangga atas hasil gemblengannya kepada para anak buahnya itu.
Dalil Tifa
Kembali ke Bro Saleh Mustafa. Kesan pertama saya terhadap Saleh adalah prajurit yang “tekun-santun”. Ditambah, murah senyum, gemar menyanyi.
Semakin intens berteman, sosoknya makin menarik. Tak hanya itu, saya sampai pada satu kesimpulan, Saleh adalah seorang jenderal yang membumi.
Saya spontan teringat satu nilai-nilai luhur budaya Ternate yang menyelimutinya sejak kecil hingga beranjak dewasa. Budaya yang saya maksud adalah “dalil tifa”.
Dalil Tifa merupakan bagian penting dari budaya Ternate yang berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai luhur dan ajaran agama di masyarakat. Dia berbentuk puisi lisan tradisional berisi nasihat keagamaan, disajikan dalam bentuk nyanyian diiringi alat musik tifa.
Umumnya, Dalil Tifa mengandung pesan nasihat yang bersifat religius, yang seringkali berfokus pada ajaran Islam. Fungsinya adalah sebagai petunjuk atau nasihat. Saya menyaksikan, nilai-nilai itu tertanam dalam di diri bro Saleh hingga hari ini.
Saya kutipkan salah satu Dalil Tifa yang cukup popular di tanah kelahiran Saleh Mustafa. “Moku-moku kore mie. Paga gudu yo sose gudu. Jaga doro laha-laha kara no toro. Afa mara sala doro. Juanga ruba toma luleo.”
Jika diterjemahkan, artinya: “Ombak angin selatan. Pecah jauh, bertebar jauh. Tunggulah ombak yang baik untuk kau ikut. Jangan sampai salah pilih. Bahtera hancur di genangan.”
Kiranya tak akan meleset jauh jika sebagai penulis saya beropini, Saleh Mustafa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai warisan para leluhur. Karenanya, bagi saya, Saleh Mustafa memaknai dengan baik ruh “Dalil Tifa”.
Terpapar Covid
Sebagai catatan memperingati ulang tahun Saleh Mustafa, saya merasa perlu mengunggah memori lama.
Nah, dari sepenggal kenangan, saya tertarik memasukkan nama (alm) Doni Monardo (1963 – 2023). Kebetulan, Saleh memiliki hubungan erat dengan Doni yang merupakan seniornya di Kopassus. Kebetulan pula, saya berkesempatan melihat dan mencatat interaksi keduanya dari jarak yang paling dekat.
Sejumlah posisi penting ditapaki Saleh di Kopassus, di antaranya Danyon 23 Grup 2/Kopassus dan Waasops Danjen Kopassus. Kedua jabatan itu saat Saleh berpangkat Letkol.
Promosi menjadi kolonel, Saleh menjabat Dan Grup 1/Kopassus (2012—2013). Saat itu, Doni Monardo menjabat Wadanjen Kopassus, lalu promosi menjadi Dan Paspampres sampai tahun 2014. Dalam kurun yang hampir sama, Saleh mutasi menjadi Asops Kasdam Iskandar Muda (2013—2015).
Selanjutnya Saleh menjabat Danrem Taddulako, Sulawesi Tengah. Catatan menarik, pada tanggal 8 Oktober 2016, Saleh menggelar acara perilisan buku karyanya berjudul “Menuai Damai di Tanah Poso”. Menurutnya, buku ini menceritakan potensi adat istiadat serta kearifan budaya lokal yang dapat digali menjadi potensi wisata.
Keduanya kembali berinteraksi tahun 2019, saat Saleh menjabat Kepala Staf Kodam Jaya (Kasdam Jaya) berpangkat Brigjen, sementara Doni Monardo menjabat Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) berpangkat Letnan Jenderal.
Pendek kalimat, saat itu negara (dan dunia pada umumnya) dilanda wabah Covid-19. Sebagai Kepala BNPB, Doni Monardo kemudian mendapatkan tugas Presiden selaku Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.
Salah satu langkah cepat adalah menjadikan Wisma Atlet Kemayoran Jakarta menjadi RS Darurat Covid 19. Doni Monardo menunjuk Kasdam Jaya Brigjen TNI Saleh Mustafa menjadi Penanggungjawab. Saleh kerap mangkal di ruangan saya di lantai 10 Graha BNPB, Jalan Pramuka. Tak jarang kami sama-sama berada di pusaran wabah RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran.
Saya sebagai Tenaga Ahli/Staf Khusus Kepala BNPB/Ka Satgas Covid-19, tentu saja menjadi cukup intens berinteraksi (kembali) dengan Saleh. Termasuk mengetahui dan turut prihatin ketika Saleh pun pada akhirnya ikut terpapar virus covid. Termasuk, Doni Monardo pun tak luput dari paparan covid.
Betapa pun, mereka tak pantang mundur. Pasca pulih, tetap “berperang” menanggulangi wabah yang merenggut banyak nyawa. “Saya sedang recovery…. Terasa betul, pasca serangan, napas berasa lebih pendek. Cepat capek. Tapi saya tetap melatih fisik, antara lain dengan gowes sepeda ke kantor,” tutur Saleh, pasca pulih dari covid.
Jumpa di Papua
Mei tahun 2021, Doni Monardo pensiun. Posisi Kepala BNPB digantikan Letjen TNI Ganip Warsito. Sementara, tahun yang sama, Saleh Mustafa naik pangkat menjadi jenderal bintang dua (Mayor Jenderal) dan menempati pos baru sebagai Kaskogabwilhan II yang bermarkas di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Pasca pensiun, Doni Monardo secara aklamasi terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD), menggantikan Letjen TNI Purn Kiki Syahnakri, periode 2021 – 2026.
Sementara, Saleh, dari Kaskogabwilhan II geser menjabat Pangdam XVII/Cenderawasih (2022—2023), yang bermarkas di Jayapura, Papua. Saat itulah Doni Monardo bersama PPAD menjalankan program bakti sosial operasi katarak di Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah.
Baksos bertitel “Kitorang Melihat Terang” itu, ada di wilayah Kodam Cendrawasih. Karena itulah, saat Doni Monardo meninjau langsung pelaksanaan baksos, Saleh langsung melekat.
Dia mendampingi Doni sejak tiba di Bandara Sentani hingga terbang bersama naik pesawat twin otter ke Puncak Jaya. Saleh ikut menginap di komplek Kodim 1714/Puncak Jaya bersama Doni Monardo dan pengurus PPAD lain.
Mengenang peristiwa baksos “Kitorang Melihat Terang”, Saleh tak henti-henti mengucap kalimat “Saya banyak belajar. Banyak ilmu baru (dari Doni),” ujarnya seraya menambahkan, “Pertama, kolaborasi tanpa batas bisa mengatasi kesukaran apa pun. Kedua, nothing is impossible. Tak ada yang tak mungkin. Kolaborasi tanpa batas adalah kata kuncinya.”
Dia menyebutkan, baksos “Kitorang Melihat Terang” adalah kegiatan dengan skala besar. Bagaimana mendatangkan para dokter mata di bawah koordinasi Mayjen TNI Purn DR dr Daniel Tjen Sp.S. Termasuk mengangkut logistik yang demikian banyak dari Jakarta ke Puncak Jaya, dengan berbagai tingkat kesulitan. “Dengan kolaborasi tanpa batas, nyatanya bisa terwujud,” tambahnya.
Saleh menyaksikan langsung mata-mata yang kembali berbinar setelah lepas dari pekatnya katarak. Di RSUD Puncak Jaya, dia menyaksikan ibu-ibu memeluk para dokter sebagai ungkapan terima kasih karena telah membuatnya kembali melihat terangnya dunia.
Pulang dari Puncak Jaya, Saleh pun masih melekat. Termasuk, turut serta mengikuti kunjungan Doni Monardo ke pabrik sagu yang digagas dan diwujudkannya tahun 2019 di atas tanah adat milik Yanto Eluay, salah satu tokoh adat, yakni ondofolo Kampung Sereh, Sentani.
“Tekad menjadikan Papua, sebagai sentra pangan melalui sagu sungguh luar biasa. Kami dari unsur Kodam Cendrawasih akan memberikan dukungan penuh agar pabrik sagu itu segera beroperasi,” tekad Saleh.
Terakhir, dia terkesima diajak Doni Monardo bicang-bincang sore sambil menyaksikan sunset di Hele’yo Sentani. Satu kawasan di tepi Danau Sentani yang dulu hanya semak belukar, telah disulap menjadi objek wisata kuliner yang sangat indah.
“Beliau ini guru saya sejak di Kopassus. Banyak sekali ilmu beliau yang saya jadikan pedoman, dan hari ini saya mendapat ilmu-ilmu baru dari beliau,” ujar Saleh.
Humanis Agamis
Jarum waktu terus berputar. Tahun 2023, Saleh kembali ke Mabesad, dengan jabatan Pa Sahli Tk. III Kasad Bidang Sosbudkum HAM dan Narkoba. Tak lama kemudian, menduduki jabatan Kepala Staf Kostrad (Kaskostrad). Saat itu, Panglima Kostradnya Letjen TNI Maruli Simanjuntak.
Ini menarik. Saat perwira menengah, Saleh dan Maruli juga pernah berduet, dengan posisi Saleh sebagai komandan dan Maruli sebagai wakil. Begitulah rotasi dan mutasi jabatan di lingkungan TNI. Fenomena lazim. Itu terjadi saat Saleh menjabat Dan Grup 1/Kopassus (2012—2013) dan Maruli sebagai wakil komandannya (Wadan Grup).
Pasca Maruli promosi Kasad, Saleh pun promosi Pangkostrad. Pangkatnya naik satu bintang menjadi Letnan Jenderal.
Saya tetap menjalin komunikasi dengannya. Nyaris tidak ada yang berubah dari sosok Saleh Mustafa, sejak letnan dua sampai jenderal bintang tiga. Dia tetap sahabat yang humanis sekaligus agamis.
Pernah satu hari, seorang teman yang mengetahui kedekatan saya dengan Saleh, mengirim foto putra-putrinya, usai mengikuti kejuaraan taekwondo Piala Pangkostrad di GOR Ciracas, Jakarta Timur, 2023.
Iseng, saya kirim foto itu ke Saleh. Responsnya luar biasa. Dia minta mengundang teman saya sekaligus mengajak makan siang bersama dua putra-putri peserta kejuaraan taekwondo Piala Pangkostrad. Humanisme Saleh benar-benar tak luntur.
Episode Perpisahan
Desember 2023, Saleh Mustafa melewati hari-hari dengan gelombang perasaan tak karuan. Pasalnya, tanggal 29 November 2023, dia dipromosikan sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menggantikan Maruli yang naik menjadi Kasad.
Di sisi lain, Doni Monardo sudah lebih dua bulan tergolek tak sadar diri di RS Siloam, Semanggi, Jakarta Pusat. Sama seperti cerita Maruli. Sebab, keduanya memang termasuk memiliki hubungan sangat dekat dengan Doni Monardo.
Awal Desember 2023, Saleh menghubungi saya dan menyatakan niatnya besuk Doni Monardo sekaligus melapor jabatan barunya sebagai Pangkostrad, plus pangkatnya yang menjadi Letnan jenderal. “Tapi tunggu saya pakai pangkat bintang tiga,” kata Saleh, lucu.
Saya yang hampir tiap hari berada di RS Siloam Semanggi dan mengetahui kondisi Doni Monardo yang tak pernah siuman, meminta Saleh untuk tetap datang, tak usah pedulikan atribut pangkat. “Nanti bro Saleh lapor saja soal kenaikan pangkat dan promosi jabatan Pangkostrad. Sambil kita berdoa,” saran saya.
Tak lama kemudian, Saleh benar datang ke RS Siloam, mengenakan pakaian sipil. Itu terjadi tanggal 2 Desember 2023. Dan…. Esok harinya, 3 Desember 2023 sore, Doni Monardo wafat. Kiranya, dia pergi dengan hati gembira, demi mengetahui Maruli sudah jenderal dan menjabat Kasad, serta Saleh menjadi Letjen dan menjabat Pangkostrad.
Saya masih ingat, saat jenazah Doni akan dimandikan, Saleh membantu mengingatkan petugas agar melaksanakan dengan baik tahapan-tahapan pemandian jenazah sesuai agama Islam. Saleh pun ikut menshalatkan jenazah Doni di ruang jenazah RS Siloam, Semanggi.
Tanggal 4 Desember 2023, lautan manusia menyesaki jalan sekitar Taman Makam Pahlawan. Kalibata, Jakarta Selatan. Begitu banyak sahabat, kerabat, handai taulan yang merasa wajib “harus mengantar Doni Monardo ke peristirahatan terakhirnya”.
Saleh Mustafa tampak menjadi salah satu dari empat orang jenderal yang memegang empat ujung bendera merah putih yang dibentangkan di atas peti jenazah Doni Monardo. Tiga jenderal lainnya, Mayjen TNI Djaka Budi Utama S.Sos (Sekarang Sestama BIN, sudah Letjen), Mayjen TNI Bambang Trisnohadi (saat ini Pangkogabwilhan III di Timika, juga sudah Letjen) dan Mayjen TNI Mohamad Fadjar (saat ini Pangkostrad, juga bintang tiga).
Jasmerah
Jika Saleh begitu respek terhadap para senior, itu karena dia adalah prajurit penganut paham “jasmerah”: Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Suatu hari dia pernah bertutur, “Saya membaca dari Sun Tzu, Napoleon Bonaparte, Jenderal McArthur dan lain-lain, tetapi guru terbaik saya adalah para senior di TNI Angkatan Darat.”
Jenderal TNI Purn Prabowo Subianto, misalnya, mematrikan ajaran yang sangat penting. Saleh bahkan bisa menyebutkan kalimat motivasi jenderal Prabowo dengan persis. “Jadilah prajurit menangan, jangan jadi prajurit kalahan. Apabila kau berpikir kalah, sesungguhnya kau sudah kalah.”
Masih ada lagi cambuk motivasi Prabowo yang diingat betul oleh Saleh. “Train hard fight easy. Berlatih dengan keras, pasti (akan) memenangkan pertempuran,” ujar Saleh menirukan lecutan penyemangat Jenderal Prabowo.
Berkat itu pula, Saleh berhasil melaksanakan penugasan di daerah-daerah rawan pasca keluar dari lingkungan Kopassus. Yang pertama, tahun 2013 – 2015. Ketika itu, Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo mengarahkannya menjadi Asisten Operasi (Asops) Kasdam VI/Mulawarman, mendadak berubah menjadi Asisten Operasi Kasdam Iskandar Muda (Aceh).
Pasca tugas di medan operasi Aceh, Saleh kembali ke markas baret merah. Setahun kemudian, Danjen Kopassus (ketika itu) Mayjen TNI Herindra menunjuk menjadi Danrem 101/Antasari di Banjarmasin, tetapi mendadak geser menjadi Danrem Tadulako di Palu, Sulawesi Tengah.
Itu terjadi karena gugurnya Danrem 132 Tadulako Kolonel Inf Saiful Anwar saat operasi penumpasan kelompok sipil bersenjata di Poso (Satgas Tinombala). Dalam insiden jatuhnya helikopter itu, 12 prajurit lain juga gugur.
“Saya ditugaskan menggantikan posisi almarhum Saiful Anwar. Beliau lichting 1990. Senior saya. Alhamdulillah, dalam waktu tidak terlalu lama kami berhasil melumpuhkan Santoso, gembong teroris Poso bersama tiga teroris lain,” ujar Saleh.
Tugas di medan “panas” selanjutnya adalah menjabat Pangdam XVII/Cendrawasih, Papua. “Sebelum menempati pos baru sebagai Pangdam Cendrawasih, saya dipanggil khusus oleh Panglima TNI ketika itu, Jenderal Andika Perkasa, untuk diberikan arahan khusus terkait medan Papua,” tukas Saleh.
Inspirasi lain adalah Letjen TNI Purn (alm) Dr (HC) Doni Monardo. “Beliau selalu mengajarkan ‘kita jaga alam, alam jaga kita’. Terinspirasi dari kecintaan almarhum terhadap pohon, alhamdulilllah kami telah menanam 40.000 pohon jati di Semplak, Bogor. Selain itu, menanam 10.000 pohon jati dan trembesi di Grup 1 Kopassus, sehingga pangkalan menjadi hijau dan indah,” kenang Saleh.
Tokoh lain yang menginspirasi Saleh adalah Jenderal TNI Pramono Edi Wibowo. “Pesan almarhum yang saya ingat betul adalah, ‘jangan jauh dari anggota. Semakin dekat dengan anggota, semakin cepat kau ketahui masalah’,” kata saleh menirukan petuah Pramono Edi.
Ah… tak terasa, catatan ini sudah lebih 15.000 karakter…. Maka, saya sekiankan catatan tentangmu, bro Saleh. Next time, jika ada senggang, ajaklah saya ngopi seraya kita menggali memori lama, agar kita tetap sehat dan awet muda….
SELAMAT ULANG TAHUN bro Saleh Mustafa. Komando !!!
Penulis adalah jurnalis senior, aktif di bidang teater dan media
Letjen TNI Muhammad Saleh Mustafa sedang memandangi, mengangkat dan menggendong anak balita ketika berkunjung ke satu daerah. Foto: EM.