JAKARTA, jurnal-ina.com – Sekretaris Kementerian (Sesmen) UMKM Arif Rahman Hakim mengatakan Ramadan menjadi momentum atau bulan penting bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya mereka yang bergerak di bidang kuliner untuk meraup cuan.
“Kita semua tahu, tahun lalu fenomena war takjil yang viral di media sosial membuat pengusaha UMKM di bidang kuliner bisa meningkatkan penghasilan,” ujar Sesmen UMKM.
Sesmen UMKM berharap tahun ini pengusaha UMKM bisa kembali memanfaatkan momen bulan puasa sekaligus mengakses kemudahan yang diberikan oleh pemerintah.
“Kemudahan dan pelindungan yang diberikan pemerintah, dalam hal izin dan legalitas usaha, alokasi khusus pada area publik, pengawasan kualitas hingga dukungan pendanaan. Dalam hal ini pemerintah hadir untuk memastikan pengusaha UMKM dapat berjualan dengan aman dan nyama, dan juga melakukan pengawasan kualitas makanan dan masakan yang dijual untuk memastikan aman dikonsumsi,” terang Sesmen.
Dengan kemudahan-kemudahan tersebut, Sesmen melanjutkan, pengusaha UMKM dapat lebih mudah berjualan dan meningkatkan penjualan mereka selama bulan Ramadan.
Berdasarkan data Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 2020–2023 meningkat menjelang Ramadan dan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi inilah yang dimanfaatkan oleh UMKM untuk meraup pendapatan.
Jika mengutip data tunggal Kementerian UMKM, khusus untuk subsektor kuliner ada sekitar 2,9 juta orang pengusaha yang terjun ke bidang ini di Indonesia. Sementara itu data Kementerian Perindustrian pada triwulan III tahun 2024, mencatat industri makanan dan minuman (mamin) bertumbuh sebesar 5,82% di atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 4,95%.
Hal ini membuat industri makanan dan minuman tercatat memberikan andil sebesar 40,17% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas. Angka ini sekaligus menjadikannya sebagai subsektor dengan kontribusi PDB terbesar.
Hasil kajian Dosen Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Zahra Kemala Nindita Murad, menunjukkan bahwa salah satu aspek perputaran uang saat Ramadan bagi UMKM datang dari momen buka puasa karena sering dijadikan ajang pertemuan kerabat, teman, saudara hingga mitra bisnis.
Salah seorang pengusaha UMKM skala mikro, Farida, yang fokus berjualan pempek dengan merek Pempek Nyai di Kota Sukabumi mengatakan, usahanya sejak akhir 2019 selalu mengalami “musim panen” setiap Ramadan tiba.
“Saat bulan Ramadan, omzet bisa naik hingga tiga kali lipat dari yang biasanya Rp30 juta-Rp40 juta per bulan,” ujarnya saat ditemui di Sukabumi, pada penghujung Februari 2025.
Kudapan Favorit
Meskipun pempek kerap dianggap tak masuk dalam kategori makanan pokok dan bukan juga makanan khas Sukabumi, tapi penjualan Pempek Nyai justru meningkat karena menjadi salah satu kudapan favorit saat berbuka puasa hingga menjadi hampers (bingkisan) saat lebaran.
“Saat pertama memulai usaha, Pempek Nyai berkomitmen untuk menyajikan pempek sesuai dengan cita rasa aslinya. Mungkin ini alasannya kenapa pempek ini dicari banyak orang di Sukabumi. Selain jadi menu kudapan, kami juga menyiapkan hampers untuk lebaran. Karena biasanya saat lebaran itu orang mulai cari yang segar-segar, nah kebanyakan orang, cocok dengan cuko kami,” katanya.
Hampir senada dengan Pempek Nyai, salah satu merek di ranah kuliner yang menjelma sebagai standar gaya hidup kaum urban Jakarta juga melemparkan pernyataan yang menguatkan hipotesis bahwa momen bulan Ramadan adalah saatnya meraup cuan.
“Kalau bicara bulan puasa memang ada peningkatan, meskipun enggak terlalu signifikan. Biasanya minggu kedua sampai akhir bulan puasa lebih bagus penjualannya, dibanding minggu pertama. Karena minggu pertama orang cenderung buka puasa di rumah buka bersama keluarga, buka di kantor atau acara lain,” ungkap Sammy, CEO Lawless Burgerbar Asia atau yang dikenal dengan merek dagang Lawless Burger.
Namun, justru penjualan setelah Idulfitri biasanya meningkat pesat. Bahkan tahun-tahun sebelumnya, Lawless sampai harus mendatangkan perkerja paruh waktu untuk melayani pelanggan.
“Mungkin karena masyarakat sudah sebulan nggak bisa makan siang, terus tiba-tiba bisa makan siang. Membludaklah! Lawless sampai harus mendatangkan pekerja harian yang biasanya kami rekrut khusus untuk akhir pekan saja,” tukas pria yang juga berprofesi sebagai bassist band metal besar tanah air, Seringai, itu.
Menggeluti bisnis kuliner sejak tahun 2017 dengan omzet di atas Rp15 miliar per tahun, membuat Sammy dan tim Lawless paham untuk selalu mengambil langkah efisien menyambut Ramadan.
Dengan branding Lawless yang masuk dalam kategori top of mind bagi para pecinta burger, maka terlibat dalam bazar sudah bukan menjadi prioritas. Sammy berpendapat, apa yang dilakukan kini tinggal memaintain apa yang sudah diperjuangkan bertahun-tahun lalu.
“Persiapan untuk Ramadan tahun ini, menyiapkan seputar menu spesial Ramadan, paket-paket buat keberagamaan. Misalnya paket buka puasa, paket buat potluck. Sisanya persiapan outlet-outlet saja,” urainya.
Erwin Tambunan
Transaksi sedang terjadi antara konsumen dengan pemilik butik saat Ramadan berlangsung. Foto: Humas KemenUMKM.
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com