MOJOKERTO, jurnal-ina.com – Kementerian Koperasi (Kemenkop) bersama Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) bakal memperkuat ekosistem petani tebu Jatim, khususnya di Koperasi Produsen Usaha Bersama (KPUB) Rosan Kencana berikut koperasi-koperasi primernya yang memproduksi tebu guna menjaga ketahanan pangan sektor gula nasional.
“Kita akan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya seperti para kepala dinas setempat, Pabrik Gula (PG) dan koperasinya,” ucap Direktur Utama (Dirut) LPDB Supomo, mewakili Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono pada saresehan bersama jajaran pengurus dan anggota KPUB Rosan Kencana di Ponpes Segoro Agung, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu sore (19/2/2025).
Supomo menjelaskan bahwa kolaborasi itu penting agar penyaluran dana bergulir bisa tepat sasaran dan tepat guna. “Jadi, Kemenkop melalui LPDB akan memastikan bahwa dana yang disalurkan itu bisa kembali dan bisa disalurkan kembali kepada petani lainnya,” kata Supomo.
Pihaknya akan membantu cara mengajukan proposalnya dan yang berada di daerah tidak perlu harus ke Jakarta karena sudah ada yang namanya e-Proposal. “Kita akan pandu dari Jakarta pembuatan proposal melalui telepon, email dan sebagainya,” ujar Supomo.
Untuk mendapatkan dana bergulir dari LPDB, koperasinya harus sehat secara kelembagaan. “Kalau tidak sehat, bagaimana bisa koperasi mengembalikannya. Karena, ini kan uang rakyat juga,” ungkap Supomo.
LPDB melakukan sosialisasi di tingkat provinsi dengan mengumpulkan beberapa koperasi bekerjasama dengan dinas-dinas koperasi provinsi dan kabupaten/kota. Dari situ LPDB bisa melihat, di-mapping mana yang tidak sehat atau tidak.
“Hal terpenting, pengurus koperasi–dalam rangka penyehatan ini–harus mempunyai jiwa entrepreneur.”
Supomo optimis penyaluran dana bergulir di KPUB Rosan Kencana bisa berjalan lancar karena akan menduplikasi yang sudah dilakukan LPDB di Kabupaten Malang. “Di Kebon Agung Malang yang akan kita duplikasi di sini. Ekosistem seperti itulah yang akan kita buat,” urai Supomo.
“Untuk Satu Periode Tanam”
Di Malang, LPDB mengucurkan dana bergulir sekitar Rp40 miliar sampai Rp60 miliar. “Itu untuk satu periode tanam, pembelian pupuk, hingga untuk tebang angkut. Bahkan, sekarang kita sudah MoU dengan holding-nya PG Krebet yaitu Rajawali I dan ID Food,” lanjut Supomo.
Namun, Supomo belum bisa memastikan apakah penyaluran dana bergulir melalui koperasi sekundernya (KPUB Rosan Kencana) atau melalui koperasi-koperasi primernya. “Lewat sekundernya memungkinkan, mau langsung ke primernya silakan,” sambung Supomo.
Ketua Umum KPUB Rosan Kencana Pungkasiadi menjelaskan bahwa anggota primernya saat ini sebanyak 46 koperasi dengan total petani 70.000 di 24 kabupaten/kota Jatim yang memiliki perkebunan tebu.
“Kita berharap swasembada pangan nasional sektor gula ini bisa segera terwujud pada 2027 mendatang,” jelas Pungkasiadi.
Terlebih lagi, KPUB Rosan Kencana Jawa Timur pernah sebagai pelaksana Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional di Jawa Timur Tahun 2004-2008, serta menjadi wadah kelembagaan koperasi bagi para petani tebu di Jatim, yang sampai sekarang berjalan dengan baik.
“Dan itu sudah dirasakan banyak manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan petani tebu di Jatim,” papar Pungkasiadi.
Erwin Tambunan
Supomo foto bersama pengurus inti Koperasi Produsen Usaha Bersama Rosan Kencana di Mojokerto, Jawa Timur. Foto: Humas Kemenkop.
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com