BOGOR, jurnal-ina.com – Kementerian Koperasi (Kemenkop) siap memfasilitasi Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menjadi supplier kebutuhan tempe dan tahu untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi akan berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai leader program MBG agar ada perjanjian kerjasama antara BGN dengan Gakoptindo segera dilakukan.
“Gakoptindo berkomitmen menyuplai semua kebutuhan tahu dan tempe program MBG, jadi kita akan mencoba bantu untuk segera ada MoU. Nanti kita ajak Gakoptindo bertemu dengan Pak Dadan Hindayana (Kepala Badan Gizi Nasional (BGN),” kata Menkop saat kunjungan kerja ke Rumah Tempe Indonesia dan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) di Bogor, Rabu (15/1/2025).
Menkop menegaskan bahwa tempe dan tahu merupakan bahan utama program MBG untuk Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sehingga sudah seharusnya Gakoptindo menjadi pemasok utama. Diketahui tempe dan tahu menjadi super food yang memiliki kandungan gizi lengkap sehingga BGN menetapkan standar kelayakan komoditas ini sebagai sumber bahan baku MBG.
“Tempe (dan tahu) pasti direkomendasikan oleh BGN karena memenuhi kandungan gizi, jadi saya harap Rumah Tempe Indonesia bisa dikelola dengan baik dan profesional sehingga kita bisa replikasi model usaha ini ke tempat lain,” ucap Budi Arie.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2023, rata-rata konsumsi tempe per kapita per tahun sebesar 7,3 kg. Sedangkan, konsumsi tahu per kapita per tahun adalah sebesar 7,7 kg. Tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas ini perlu direspon Gakoptindo untuk melakukan diversifikasi produk dan menjaga higienitas proses produksi.
Menkop mengapresiasi upaya Rumah Tempe Indonesia dan Gakoptindo yang sudah melakukan diversifikasi produk tempe menjadi beberapa produk unggulan lain seperti kripik tempe, cookies tempe, nugget dan lain sebagainya. Ini menandakan bahwa komoditas tempe dan tahu tidak hanya bisa diandalkan untuk pemenuhan gizi pada program MBG, namun juga memiliki potensi ekonomi untuk dipasarkan hingga ke manca negara.
“Potensi Ekonomi”
“Perputaran bisnis di Indonesia bisa sampai Rp75 triliun dan bisa menghidupkan hingga 600.000 pengrajin. Ini adalah potensi ekonomi yang sangat luar biasa untuk terus dikembangkan,” Menkop mengingatkan.
Sementara itu Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/ PCO) Ujang Komarudin yang turut hadir pada kunjungan kerja Menkop menegaskan bahwa program MBG harus memberi multiplier effect bagi perekonomian masyarakat termasuk kepada UMKM hingga koperasi-koperasi produsen. Koperasi perlu menangkap peluang ini untuk membentuk suatu agenda yang dapat mendukung program prioritas pemerintah tersebut.
“MBG ini kami harapkan bisa menggerakkan pertumbuhan sektor ekonomi di desa, jadi program MBG ini menjadi program prioritas Pak Presiden untuk memastikan pertumbuhan ekonomi itu jalan,” harap Ujang.
Sekretaris Jenderal Gakoptindo Hugo Siswaya berharap dukungan dari pemerintah, khususnya Kemenkop dapat mengkomunikasikan keinginan Gakoptindo menjadi suplai utama pada program MBG, khususnya untuk komoditas tempe dan tahu. Saat ini produk dari koperasi sudah merambah ke berbagai toko ritel hingga ke pasar-pasar tradisional di wilayah Jabodetabek dan beberapa kota besar di Indonesia.
“Kita harap tempe dan tahu bisa menjadi pilihan utama pada program MBG karena kandungan gizi yang luar biasa. Kita ingin pengrajin tempe bisa mendukung program ini yang paling dekat untuk memenuhi kebutuhan dari SPPG,” ungkapnya.
Mulia Ginting – Erwin Tambunan
Diversifikasi produk yang dipasarkan terbuat dari bahan baku tempe dan tahu. Foto: Humas KemenKop.