KemenKopUKM Apresiasi Program Pertamina UMK Academy Atasi Persoalan UMKM

banner 468x60

JAKARTA, jurnal-ina.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengapresiasi ajang Pertamina UMK Academy 2024 karena dinilai sejalan dengan program pemerintah untuk mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar berdaya saing tinggi dan terus berkembang.

Menteri menyatakan Program Pertamina UMK Academy 2024 terbukti efektif mendorong kemajuan sektor usaha mikro kecil (UMK) di Indonesia di mana selama program berjalan telah terlibat lebih dari 8.200 pelaku usaha. Dari program ini juga telah lahir banyak UMK yang meningkat usahanya dan mampu bersaing di pasar yang lebih luas.

Read More
banner 300x250

“Saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Pertamina yang telah lama membina lebih dari 66 ribu mitra binaan sejak tahun 1993. Ini menunjukkan dedikasi luar biasa untuk meningkatkan ekonomi rakyat,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam sambutannya secara virtual pada Kick Off Program Pertamina UMK Academy 2024, Kamis (29/8/2024).

Di Indonesia, sampai saat ini struktur ekonomi didominasi oleh pelaku usaha mikro dengan karakteristik informal yang skala ekonominya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian semata. Akibatnya sulit bagi sektor usaha mikro ini untuk bisa naik kelas dan bersaing di pasar lokal apalagi global.

“Hari ini kita sudah 30 tahun menjadi negara berkembang dan banyak negara yang gagal memperbaiki struktur ekonomi dengan lebih berkualitas karena karakteristik UMKM mayoritas informal dan tidak terhubung dengan market atau industri,” tukas Teten Masduki.

Permasalahan lain, UMKM di Indonesia masih kesulitan mengakses pembiayaan terutama dari lembaga keuangan formal atau perbankan. Hal ini karena skema pembiayaan dari perbankan masih konvensional yang mengutamakan adanya jaminan. Padahal pelaku UMKM khususnya sektor mikro mayoritas tidak memiliki aset yang bisa digunakan sebagai agunan atau kolateral.

“Ini bedanya dengan UMKM di Korea Selatan dan Jepang. UMKM kita sulit mendapat pembiayaan karena berisiko NPL (non performing loan/kredit macet) yang sangat tinggi. Ini tantangan terbesarnya karena itu hampir separuh dari UMKM kita belum terhubung ke perbankan,” tangkas Teten.

Untuk itu KemenKopUKM sedang berupaya mendorong skema pembiayaan bagi UMKM dengan skema credit scoring sehingga memungkinkan pelaku usaha khususnya sektor mikro untuk mendapat kemudahan akses pembiayaan. Dengan skema ini, lembaga perbankan tidak harus meminta jaminan tetapi hanya perlu membaca data rekam jejak kinerja usahanya.

“Kami menggunakan metode ini dan sudah kami uji cobakan. Ternyata banyak UMKM atau sekitar 70% layak menerima kredit, selama ini mereka tidak terjangkau karena sebagian besar perbankan hanya menggunakan data history kredit,” Teten menjelaskan.

Kemememudahkan Akses Pembiayaan

KopUKM sedang menjalin kolaborasi dengan venture capital, aggregator, hingga securities crowd funding (SCF) untuk memudahkan akses pembiayaan dan pendampingan bagi UMKM. Dengan strategi ini diharapkan semakin memperbesar peluang UMKM untuk bisa naik kelas dan berkembang. UMKM bisa mendapatkan akses pembiayaan hingga mencapai Rp10 miliar melalui skema ini.

“Kami juga bekerjasama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mempercepat UMKM yang sudah memiliki aset Rp50 miliar untuk go public atau mendapatkan pembiayaan yang lebih murah dari bursa,” ucap dia.

Sementara itu dari sisi peningkatan daya saing UMKM, KemenKopUKM juga sedang membangun rumah produksi bersama (RPB) di berbagai daerah untuk mewadahi UMKM agar bisa menciptakan produk yang lebih baik dan terstandardisasi. Dengan produk yang terstandardisasi, peluang UMKM untuk bermitra dengan industri sebagai bagian dari rantai pasok.

Menteri berharap melalui program Pertamina UMK Academy 2024 dapat terdukung pertumbuhan dan perbaikan ekosistem pembiayaan bagi UMKM. Teten juga berharap program tersebut dapat mengakselerasi pelaku usaha untuk naik kelas dan berdaya saing tinggi. “Jangan berhenti atau dan jangan hanya sekadar charity. Kita harus pikirkan bagaimana UMKM kita bisa menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional,” ulasnya.

Sementara itu Corporate Secretary Pertamina, Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mengatakan program Pertamina UMK Academy 2024 ini digelar sebagai wujud penerapan program SDGs poin 8 yang berisikan tentang upaya penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Tujuan dari program ini, tegas dia, adalah membina mitra UMKM Pertamina yang terpilih untuk bisa semakin cepat naik kelas. Selain itu juga untuk memastikan para mitra binaan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk memasarkan produknya serta untuk meningkatkan SDM agar lebih unggul.

“Melalui kegiatan ini usaha dari UMKM bisa semakin sukses, jumlah lapangan kerja meningkat, kapasitas usaha atau omzet terus bertambah, serta mampu memperluas pemasaran hingga ke luar daerah bahkan ekspor,” terang Brahmantya.

Pertamina sebagai BUMN Energi nasional akan terus melanjutkan program pembinaan dan pendampingan terhadap UMKM sebagai bagian dari pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang dimandatkan pemerintah. Program ini merupakan agenda kelima yang dijalankan perseroan untuk mendukung akselerasi pertumbuhan UMKM yang berdaya saing tinggi di pasar domestik maupun internasional.

“Babak lanjutan dari program ini adalah Pertaprenuer aggregator yang merupakan upaya meningkatkan pola pikir para entrepreneur dengan karakteristik work integrator sebagai upaya menciptakan pertumbuhan UMKM berdaya saing tinggi,” ungkap Brahmantya.

Mulia Ginting – Erwin Tambunan

“Ini bedanya dengan UMKM di Korea Selatan dan Jepang. UMKM kita sulit mendapat pembiayaan karena berisiko NPL (non performing loan/kredit macet) yang sangat tinggi,” tangkas Teten. Foto: KemenKopUKM.

Artikel ini sudah terbit di govnews-idn.com

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *