M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior
Jurnal-ina.com – TIDAK ADA istilah bangkit jika tidak pernah jatuh. Begitulah istilah yang sengaja saya sematkan untuk Skuad Garuda Muda, Under 16 asuhan Nova Arianto. Zahaby Gholy, Josh Holong, Nur Ichsan, I. Putu Panji dan kawan-kawan, baru saja jatuh.
Mereka gagal maju ke final Puala AFF U16, setelah ditumbangkan Australia, dalam partai semifinal, Senin (1/2/2024) malam, 3-5, di Solo, Jawa Tengah. Meski gagal, saya yang menyaksilan laga itu melalui layar Indosiar, cukup berbesar hati.
Setelah lama mengikuti berbagai level tim nasional, sekali ini saya menaruh rasa hormat yang tinggi pada anak-anak muda ini. Bahkan pada ‘diskusi’ segitiga melalui WA, dengan Bang Iwan, begitu sapaan akrab Nirwan Dermawan Bakrie, mantan Wakil Ketua Umum PSSI, dan sahabat saya Eddy Lahengko, wartawan sepakbola senior, kami sama berkesimpulan, anak-anak kita punya masa depan yang luar biasa.
“Hanya fisik mereka kurang, jika dibandingkan dengan anak-anak Australia,” begitu tulis Bang Iwan atau akrab juga disapa NDB.
Saya dan EL, inisial Eddy saat masih akrab menjadi wartawan sepakbola baik di Suara Pembaruan maupun Sinar Harapan, mengamini pandangan NDB. Kami, pasti tidak sedang mencari-cari alasan atau pembenaran untuk membenarkan kekalahan.
Apa pun yang dilakukan, kekalahan tetap akan tercatat sebagai kekalahan. Namun, di balik kegagalan, hendaknya kita bisa dan mau melihat jauh ke depan. Apalagi ini adalah skuad anak-anak, artinya, masih terbentang panjang jalan di depan.
Sekali lagi, ini bukan pembenaran atas kekalahan itu, tapi, jika PSSI sebagai federasi bisa segera membenahi keadaan dan menyiapkan program yang tepat, maka kita akan memiliki calon-calon bintang 5-7 tahun ke depan.
Fa Inna Ma’al Usri Yusra. Inna Ma’al Usri Yusra (Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu, ada kemudagan) diulang dalam ayat 5-6 surah Al-Insyirah. Saya juga sengaja mengambil dua ayat Al-Quran itu untuk menegaskan bahwa setiap ada cobaan, pasti ada jalan keluarnya. Pertanyaannya, mau atau tidak?
Harapan
Ketua Umum PSSI Erick Thohir, selepas partai semifinal itu, menegaskan bahwa PSSI memberi apresiasi yang tinggi pada seluruh kekuatan tim U16. Bahkan kegagalan di semifinal Piala AFF 2024 itu bukanlah masa akhir dari karir, tapi, justru ini adalah awal dari sebuah perjalanan besar.
Lepas dari semua itu, saya ingin kita melihat terkait kekuatan fisik rata-rata anak Indonesia. Dalam satu seminar Mei lalu, Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, dr. Robert John Pattiselano mengatakan: Sebanyak 12% anak remaja 10-18 tahun, kekurangan zat besi. Dampak buruknya berpengaruh pada, penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar kebugaran dan produktivitas.
Selain itu, pola makan remaja yang tergambar dari data Global School Health Survey tahun 2015, antara lain: Tidak selalu sarapan (65,2%), sebagaiman ditulis di laman Sehatnya Negeriku: sebagian besar remaja kurang mengonsumsi serat sayur buah (93,6%) dan sering mengkonsumsi makanan berpenyedap (75,7%). Selain itu, remaja juga cenderung menerapkan pola sedentary life, sehingga kurang melakukan aktivitas fisik (42,5%). Hal-hal ini meningkatkan risiko seseorang menjadi gemuk, overweight, bahkan obesitas.
Jadi, jika kami bertiga melihat fisik anak-anak kita skuad U16, rasanya tidak keliru. Mengapa hal itu bisa terjadi? Ya, apalagi jika bukan karena kesederhaan hidup dan kurangnya pengetahuan tentang itu. Rata-rata orang tua para pemain bola kita ya hidup serba pas-pasan. Akibatnya pola makan yang diterapkan dikeluarga AMK (Asal Makan Kenyang). Dengan begitu, ya fisik prima tidak mungkin terbangun.
Sementara untuk para pemain senior saat ini, ketahanan fisik mereka terlihat sudah membaik. Mengapa? Ya, karena mereka rata-rata anak-anak yang lahir dan besar di Eropa sehingga kebutuhannya tercukupi.
Jadi, saya berharap PSSI bisa segera memperbaiki kebutuhan untuk menopang fisik yang bagi para pemain. Selain itu, PSSI hendaknya juga bisa menambah jam terbang anak-anak agar dapat memetik ilmu lebih banyak lagi.
Sekali lagi, meski Raihan cs berhenti di semifinal Piala AFF 2024, kebanggan kami tidak berkurang sedikit pun. Saya dan pasti juga kita semua, bisa menaruh harapan pada tim ini.
Maju terus sepakbola Indonesia…
M.Nigara
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com