BIAK NUMFOR, jurnal-ina.com – Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM menyatakan kesiapannya menginkubasi Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju agar lebih meningkatkan kapasitas SDM, kualitas produk, kelembagaan hingga masuk skala ekonomi.
Koperasi nelayan yang baru berusia lima bulan tersebut, sudah memiliki enam unit usaha produktif. Yaitu, cold storage atau Gudang Beku Portabel (GBP) berkapasitas 10 ton, sentra kuliner, pengolahan ikan, pabrik es berkapasitas 1 ton, bengkel dan docking kapal nelayan (bekerjasama dengan pemasok suku cadang resmi untuk kapal nelayan), dan kios persediaan (perbekalan melaut, kebutuhan rumah tangga, alat penangkapan ikan).
“Kami siap menginkubasi dan melakukan pendampingan bagi koperasi dalam bentuk Bimbingan Teknis atau Bimtek, agar nantinya setelah tercapai skala keekonomian sampai bisa mengakses dana bergulir,” ungkap Dirut LPDB-KUMKM Supomo, usai mendampingi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berdialog dengan para nelayan anggota Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju, di Kabupaten Biak Numfor, Papua, Rabu (8/5/2024).
Meski begitu, Supomo menyatakan bahwa inkubasi tidak bisa dilakukan secara penuh, karena ada langkah-langkah yang harus dilalui terlebih dahulu. Langkah pertama yang harus diperkuat adalah harmonisasi dengan buyer, baik di dalam maupun luar negeri.
Bagi Supomo, yang perlu di-maintenance itu buyer atau offtaker. Dalam hal ini perlu ada peningkatan jiwa enterpreneurship dari para pengurus koperasi. Pasalnya, untuk bisa melakukan ekspor banyak aturan (international trade) yang harus dipahami.
“Yang harus diingat, aturan dagang di setiap negara itu berbeda-beda. Contoh Jepang yang dikenal ketat dalam hal ekspor pangan dari luar. Di sana, tidak cukup hanya sertifikat keamanan pangan HCCP saja. Lebih dari itu,” tandas Supomo.
Begitu juga dengan Customs (Bea Cukai) masing-masing negara memiliki aturan berbeda. Belum lagi menyangkut L/C, bukan sesuatu yang mudah untuk dipahami dan dijalankan. Atau, menyangkut Surat Kredit Bank Dalam Negeri (SKBDN). “Nah, LPDB-KUMKM bisa menginkubasi dalam meningkatkan kapasitas SDM pengurus koperasi,” imbuh Supomo.
Bahkan, perlu juga ada tambahan knowledge kepada para nelayan dalam hal cara menangkap ikan dan mengolah hasil tangkapannya di kapal. “Untuk menjaga kualitas ikan tetap baik, jangan sampai menetes mengeluarkan darah. Hal-hal seperti itu harus dipahami para nelayan saat melaut,” kata Supomo.
Patut Ditiru
Supomo merujuk keberhasilan Koperasi Nelayan Mino Saroyo (Cilacap, Jateng) sebagai contoh yang patut ditiru untuk pengembangan koperasi-koperasi nelayan di Indonesia. “Kemampuan kapal-kapal para nelayan Mino Saroyo sudah mampu melaut selama berbulan-bulan dengan hasil tangkapan sebanyak ratusan ton ikan,” tukas Supomo.
Supomo mengakui, Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju sudah bagus dengan memiliki infrastruktur pendukung yang lengkap. “Koperasi ini semacam mini prototype yang siap untuk dikembangkan melalui peningkatan kapasitas SDM hingga kelembagaannya,” tambahnya.
Sementara itu, saat berdialog dengan para nelayan, MenkopUKM Teten Masduki menegaskan bahwa pihaknya bakal memperkuat kualitas produk, pemasaran dan model bisnis ikan tuna sebagai produk unggulan dari Biak melalui koperasi.
“Kita berkolaborasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengembangkan Kampung Nelayan Moderen atau Kalamo. Dan KemenkopUKM melakukan pengembangan dari sisi koperasinya,” jelas MenkopUKM.
Oleh karena itu, Menteri Teten meyakini besarnya potensi unggul sektor kelautan Biak, khususnya produk ikan tuna, cakalang dan tongkol. Terlebih lagi, hasil tangkapan ikan yang dijual ke koperasi, sudah ada offtaker (perusahaan swasta) yang menampungnya.
“Kita tinggal perkuat model bisnis koperasinya. Saya akan mendorong LPDB-KUMKM untuk mendampingi koperasi ini. Jika volume tangkapan hasil ikan semakin besar, permodalan koperasi bisa diperkuat melalui kucuran dana bergulir dari LPDB-KUMKM,” tutur MenkopUKM.
MenkopUKM juga mengapresiasi teknologi mutakhir milik koperasi dalam pengelolaan ikan. “Dengan model koperasi membeli tunai dari nelayan, kemudian dibeli offtaker, maka koperasi akan suistain,” tegas Menteri.
Sustain dan Unggul
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli MenkopUKM Bidang Hubungan Antar Lembaga Riza M Damanik menambahkan, Biak merupakan pusat produksi ikan tuna dan memiliki kontribusi tuna yang dominan secara nasional. “Ekspor tuna dari Biak harus bisa suistain dan unggul dibanding negara lain,” terang Riza.
Idealnya, untuk ekspor tuna ke negara tujuan bisa langsung dari Biak. Pasalnya, semakin segar, harga ikan tuna bisa semakin mahal. “Untuk itu, saya berharap, hasil tangkapan tuna dari nelayan tidak dikelola secara perorangan. Karena, sekarang, sudah ada koperasi disini,” lanjut Riza.
Terlebih lagi, Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju sudah memiliki modal dasar yang kuat. Salah satunya, sudah memiliki cold storage. “Dan dari total perahu nelayan yang ada di Binyeri sebanyak 200, sekitar 40 perahu sudah menjadi anggota koperasi. Saya berharap keanggotaan koperasi terus ditingkatkan.”
Riza pun mengajak para nelayan untuk lebih berperan membesarkan koperasinya. Caranya, dengan menjual hasil tangkapan ikannya ke koperasi, jangan menjual ke tempat lain. “Untuk membesarkan koperasi milik nelayan ini, dibutuhkan kesetiaan para anggota dengan tidak tergiur iming-iming pihak lain dengan harga lebih tinggi,” urai Riza.
Erwin Tambunan
Pengurus dan anggota Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju foto bersama dengan MenkopUKM Teten Masduki. Foto: Humas.