Jurnal-ina.com – LUAR BIASA. Shin Tae-yong (Korea Selatan) dan semua pemain, is the best. Ketua Umum, Erick Thohir, Waketum Prof. Zainudin Amali, Sekjen Yunus Nusi dan seluruh pengurus PSSI, telah memberikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Apa pun hasil berikutnya, adalah bonus dari kebahagiaan.
Benar, Rizky Ridho dan kawan-kawan baru masuk semifinal, masih ada dua laga lagi. Salah satu yang terpenting adalah merebut tiket Olimpiade, Prancis, Juli 2024. Juara, runner up dan peringkat tiga Piala Asia U-23, otomatis bisa berlaga di pesta olahraga dunia di Paris. Sementara peringkat empat, harus mengikuti babak play off.
Tapi, bagi saya, mungkin juga para sahabat: Yesayas Oktovianus (alumnus Kompas), Eddy Lahengko (Sinar Harapan/Suara Pembaruan), Binsar Sinaga (Analisa), Bang Mardi (Merdeka), Mas Bambang Soekendro (Berita Buana), Barce Nazar (Wawasan), Kapten Salamun Nurdin (Pelita), alm. Riang Panjaitan (Sinar Pagi), alm. Isyanto (Pos Kota), menang atas Korsel secara dramatis 2-2 (11-10) adalah hasil yang puluhan tahun kami tunggu. Saya dan pasti juga para sahabat seperti meneguk setetes air dingin di tengah gurun dan di bawah teriknya matahari. Ya, saya seperti menemukan oase yang indah.
Kami, berulang kali ikut dan berjibaku bersama tim nasional Merah-Putih. Kami sering lupa bahwa sesungguhnya ada garis pemisah antara jurnalis dan atlet. Kami sungguh-sungguh sering menjadi bagian tak terpisahkan.
Dalam banyak event resmi atau tidak resmi. Kami, berpuluh kali menggantungkan harapan bersama untuk meneguk kegembiraan. Tetapi, selalu saja gagal.
Yang paling menyedihkan saat kita gagal di tangan Korsel di kualifikasi Piala Dunia 1986. Saat itu, Herry Kiswanto, Bambang Nurdiansyah, Dede Sulaiman dan kawan-kawan dua kali kalah, 0-2 saat away di Seoul dan 1-4 saat home.
Padahal asa kita untuk bisa ke putaran final PD Meksiko 1986, begitu besar. Oom Sinyo Aliandoe sang arsitek dan Oom Benny Mulyono sang manajer, sudah memberikan yang terbaik. Kepedihannya terus terasa hingga tahun ke-38 dan alhamdulillah, berhenti pada Jumat (25/4/24) dinihari.
Jadi, bagi saya, mungkin juga para sahabat saya di atas itu, semifinal Piala Asia U-23 adalah bonus. Meski demikian, doa terus kita panjatkan agar Rizky Ridho, Rafael Struick, Marshelino Ferdinan, Arhan Pratama, Ernando Ari dan kawan-kawan, bisa terus tampil lebih baik dan dapat meraih satu tiket Olimpiade.
Langkah seperti saat ini bukanlah yang pertama. Catatan, tahun 1962 atau 62 tahun silam, Djamiat Dhalhar, sang arsitek tim mampu mengantarkan tim yang diperkuat Bob Hippy, Sonny Sandra, Ipong Silalahi dkk mencapai final dan menjadi juara bersama dengan Birma (Myanmar). Dulu, event Piala Asia hanya ada dua kelompok, Junior dan Senior.
Seperti Meneguk Air Sejuk
Jadi, meski baru menggapai tiket semifinal, hasil ini seperti meneguk air sejuk yang mampu menghilangkan dahaga panjang. Sama seperti menghijaukan padang kering yang luas.
“Begitu eksekusi tendangan penalti Archan sukses, tak sadar air mata menetes,” begitu tulis Dr. Ali Mukartono, mantan pemain Persijap Jepara. “Rasanya sejak Unniversary Cup tahun 1983 timnas kita hampir tidak pernah bisa menang lagi dengan Korea,” lanjut AM yang tak lain adalah Ketua Komisi Banding PSSI.
Masih kata AM yang saat ini menjabat sebagai Jamwas di Kejaksaan Agung, Kemenangan ini juga membuka satu daun pintu bagi timnas untuk bisa ikut olimpiade Paris. “Mari kita dukung dan doakan agar daun satu pintu lagi bisa dibuka oleh timnas kita,” lanjut Ali Mukartono yang paham betul perjalanan sepakbola nasional karena menjadi salah satu pelaku langsung.
Menutup pandangannya, AM menegaskan, “Sudah kepalang tanggung, semoga anak-anak bisa menuntaskan dengan membawa trophy Piala Asia ke tanah air,” pungkasny.
Ya, bukan hanya mantan pemain Persijap yang berharap dan berdoa seperti demikian. Saya dan kita semua tentu juga punya harapan dan doa yang sama.
Doa dan harapan yang besar tentu tidak akan ada di hati mereka yang justru sakit hatinya melihat STY, Rizky Ridho, Rafael Struick, Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner, Ernando Ari dan lain-lain, berhasil mencapai semifinal.
Seperti komen-komen yang mereka luncurkan, sepertinya mereka tak rela jika PSSI dan STY sukses.
Jangan-jangan mereka saat ini sedang konsentrasi untuk mencari cara agar timnas U-23 kita hancur berantakan. Nauzubillah mindzalik. Kita doakan saja agar mereka bisa mengurangi sakit di hatinya. Dan, semoga Allah segera sembuhkan sakit hati mereka.
Bravo PSSI, Bravo STY, Bravo
seluruh anggota timnas U23…..
M. Nigara