ACEH, jurnal-ina.com – Koperasi Produsen Inovasi Nilam Aceh (Inovac) bersinergi dengan PT Nat’ Green, membentuk anak usaha PT UGreen Aromatics International (UGreen) mengekspor sebanyak 1,2 ton bahan baku pembuatan parfum (fragrance) nilam dan biji pala senilai Rp1 miliar ke Prancis.
Pelepasan ekspor minyak nilam dan biji pala tersebut diresmikan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki pada Jumat (8/12/2023) di Universitas Syiah Kuala (USK). Koperasi Inovac merupakan unit bisnis yang dibentuk oleh USK.
Ketua Koperasi Inovac Nadia menjelaskan, melalui UGreen, koperasi secara rutin tiga bulan sekali mengekspor minyak nilam ke Prancis. Namun diakuinya, saat ini produksi dari para petani yang tergabung di Koperasi Inovac masih belum mampu memenuhi seluruh permintaan bahan baku ke Prancis sebanyak 6 ton.
“Kapasitas di tingkat petani baru mampu memproduksi sebanyak 1 ton minyak nilam dan itu hanya baru dipasok dari petani yang ada di Gayo. Sementara petani di wilayah lain juga belum mampu mencukupi,” kata Nadia di Banda Aceh, Sabtu (9/12/2023).
Diatakan, kondisi saat ini, sebagian besar petani masih kekurangan modal untuk penanaman nilam. Untuk itu pihaknya berharap, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) melalui Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB)-KUMKM, membantu pembiayaan ke petani supaya kebutuhan ekspor minyak nilam ke Prancis bisa terpenuhi.
Nadia mengatakan, koperasi yang baru terbentuk tahun 2019 ini memiliki anggota ratusan orang. Secara total terdapat 500 petani dan penyuling yang berada di bawah bimbingan koperasi. “Memang belum semua menjadi anggota, karena masih dan beberapa petani juga di daerah lain yang masih dalam tahap binaan,” katanya.
Meski begitu, Koperasi Inovac mampu meraih omzet hingga Rp200 juta per bulan yang diperoleh dari penjualan minyak nilam, biji pala hingga atsiri, maupun produk turunan mulai dari parfum, minyak atsiri, body butter, body mist dan lainnya.
Koperasi Inovac hingga kini telah memiliki distributor resmi produk-produknya yang dijual melalui berbagai platform online seperti e-commerce, hingga offline yaitu, PT Elang Timur Group sebagai distributor utama. “Tiap bulan mereka membeli sekitar Rp150 juta sebagai bagian kerjasama pemasaran kami untuk market di Aceh maupun di luar Aceh,” ucap Nadia.
Koperasi Inovac memproduksi sejak awal 2020, namun secara masif baru dilakukan pada 2022 dan berhasil meraih sertifikasi BPOM di tahun 2021. “Koperasi Inovac merupakan perpanjangan tangan USK. Kami pun meraih dukungan penuh dari USK dengan seluruh fasilitas yang ada, termasuk ruang produksi BPOM dan riset,” paparnya.
Pelatihan dan Bimbingan
Direktur Atsiri Research Center (ARC) Syaifullah Muhammad mengatakan, ARC sebagai lembaga riset dan pengembangan, dalam hal ini turut memberikan pelatihan dan bimbingan kepada Koperasi Inovac untuk pengelolaan minyak nilam, hingga melahirkan beberapa produk turunannya.
Menurut Syaifullah, dalam beberapa tahun terakhir, industri nilam di Aceh hampir punah. Bahkan yang tadinya dari market nasional mencapai 55%, turun menjadi 35% secara keseluruhan.
“Karena memang minyak nilam terbaik itu ada di Aceh. Dengan kenyataan ini, maka kami mengintervensi dengan inovasi dan mengajarkannya kepada masyarakat. Mulai dari pembibitan hingga penyulingan minyak nilam, serta membentuk ekosistemnya dengan membentuk koperasi bersama USK,” ujarnya.
Dalam bisnisnya, Koperasi Inovac ini pun bekerjasama dengan perusahaan asal Pranvis Nat Green dan membentuk usaha bersama atau sebagai anak usaha UGreen yang bertugas melakukan ekspor ke Prancis sejak 2022. Dalam kepemilikannya di anak usaha tersebut, Koperasi Inovac memiliki saham 60% dan Nat Green sebesar 40%.
“Ekspor yang diresmikan oleh Menteri Teten ini merupakan yang kelima ke Prancis. Minyak nilam dan biji pala ini digunakan sebagai bahan baku parfum di sana. Nilainya yang kami ekspor ini mencapai sekitar Rp1 miliar,” terangnya.
Syaifullah menjelaskan, bahan baku minyak nilam yang diekspor dari Aceh ini, berkualitas terbaik. Sehingga tak heran industri parfum di Prancis memakai bahan ini. Bahkan minyak nilam tak hanya diolah menjadi parfum tetapi juga produk kosmetik hingga kesehatan (farmasi), karena memiliki kandungan anti-aging.
“Saat ini kami bersama Koperasi Inovac tak hanya mengirim bahan baku untuk ekspor, tetapi juga mengolah dan memproduksinya sendiri. Dari setiap produksi minyak nilam, selalu kami sisihkan sebesar 20% produksi untuk dalam negeri dan 80% dibawa ke pasar ekspor. Sekitar 30 produk telah kami hasilkan untuk pasar domestik,” terangnya.
Sebelumnya, MenKopUKM Teten Masduki menyatakan dukungan atas kehadiran kampus sebagai ekosistem hilirisasi melalui dukungan riset yang membantu UMKM menghasilkan produk yang inovatif.
“Kolaborasi riset penting dijalin bersama universitas. Seperti USK bisa menjadi ahli pengembangan hilirisasi minyak nilam, sebagai Sumber Daya Alam (SDA) unggulan dari Aceh,” bebernya.
Mulia Ginting – Erwin Tambunan
Minyak nilam Aceh yang produknya berpusat di Gayo, sebesar 20% produksinya untuk dalam negeri dan 80% dibawa ke pasar ekspor. Foto: KemenKopUKM.