BALI, jurnal-ina.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengapresiasi kerjasama United Nations-Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) dan Yayasan Bill & Melinda Gates mempromosikan praktek bisnis inklusif. Khususnya di sektor pertanian dan pangan sejalan dengan visi Indonesia menciptakan masa depan makmur, adil dan berkelanjutan.
Teten Masduki menekankan, pertanian memerankan hal penting dalam kehidupan dan sangat berdampak penting bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian.
“Dengan mengadopsi prinsip-prinsip bisnis inklusif, kita memiliki kesempatan untuk mengembangkan sektor pertanian, memberdayakan petani kecil, koperasi dan UKM sebagai pemain kunci transformasi menuju bisnis inklusif,” ucapnya saat menjadi pembicara kunci di acara Regional Investment Forum for Inclusive Business in Agriculture and Food Systems di Nusa Dua, Bali (23/8/2023).
Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) berkomitmen mendukung dan mendorong inisiatif bisnis inklusif. MenKopUKM menegaskan, kolaborasi dengan stakeholder seperti UNESCAP dan Yayasan Bill & Melinda Gates sangat penting mendorong perubahan yang positif. Dan dia sangat antusias berkolaborasi untuk kebaikan masyarakat ASEAN.
Tak hanya menyampaikan apresiasinya terhadap UNESCAP dan Yayasan Bill & Melinda Gates, Teten juga berterima kasih kepada Angel Investors Network Indonesia (ANGIN) sebagai kolaborator dalam sesi business matching forum.
MenKopUKM melanjutkan, ASEAN merupakan pasar yang menjanjikan dengan banyak potensi yang belum dimanfaatkan, sehingga penting bagi Indonesia untuk menggali berbagai peluang di wilayah ASEAN. Dengan mengeksplorasi inovasi untuk nilai tambah dan mengembangkan SDM yang dimiliki, maka dapat membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat ASEAN.
“Pertanian merupakan salah satu sektor terbesar dan memainkan peran penting di Asia Tenggara, di mana sektor ini menyediakan lapangan kerja dan kesempatan hidup bagi jutaan orang, terutama di daerah pedesaan,” katanya.
Seiring berkembangnya ASEAN, maka makin bertambah pula tantangan yang dihadapi oleh sektor agrikultur. Untuk menjawab tantangan ini, praktek bisnis yang berkelanjutan (sustainable) dan inklusif semakin penting untuk menjamin ketahanan pangan, melindungi lingkunga, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Bisnis inklusif bukan sekadar strategi, bisnis inklusif adalah visi pertumbuhan ekonomi yang tidak meninggalkan siapapun. Inklusifitas juga berarti memastikan bahwa manfaat kemajuan dapat diakses oleh semua kalangan, terutama kalangan yang berada di piramida terbawah (Base of Pyramid/BoP).
“Dengan memanfaatkan potensi sektor pertanian, kita dapat mengatasi masalah-masalah mendesak seperti kemiskinan, kesenjangan, dan ketahanan pangan, seiring menjaga lingkungan kita untuk generasi mendatang,” urai Menteri.
Selain itu, pentingnya pemanfaatkan teknologi dan digitalisasi untuk memberdayakan UKM dan koperasi di sektor pertanian, serta meningkatkan pemantauan dan pelaporan menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Akses informasi dan pengambilan keputusan berbasis data berperan penting mencapai tujuan kita secara efisien dan efektif.
Aktif Terlibat
Selama forum tersebut berlangsung, diharapkan para peserta aktif terlibat dalam diskusi, pertukaran ilmu dan mendalami pendekatan yang inovatif terkait bisnis inklusif pertanian dan sistem pangan.
“Mari kita manfaatkan pengalaman dan keahlian panelis yang beragam untuk menciptakan solusi konkret dan menjalin kolaborasi yang akan memiliki dampak jangka panjang bagi masyarakat kita. Bersama-sama, mari kita membangun masa depan pertanian dan sistem pangan menjadi dasar kemakmuran yang inklusif bagi Indonesia,” tukasnya.
Under Secretary General UNESCAP Armida Salsiah Alisjahbana bangga terlibat dalam kemitraan yang signifikan dengan Bill & Melinda Gates Foundation untuk mempromosikan model bisnis inklusif di bidang pertanian.
Dikatakan, kemitraan keduanya berupaya untuk berbagi, mempromosikan dan mereplikasi apa yang telah digunakan oleh pemerintah dan para pemimpin dunia usaha. Khususnya saat mengembangkan bisnis inklusif yang layak secara komersial dan mengurangi resiko bagi petani berpenghasilan rendah dan mampu meningkatkan pendapatan mereka.
“Investasi untuk bisnis inklusif dalam sistem pertanian dan pangan sangat tepat. Meskipun pendanaan darurat untuk mengatasi kenaikan harga pangan dan pupuk diperlukan, investasi transformasional di bidang pertanian akan sangat penting untuk mencegah krisis di masa depan dan untuk memastikan penghidupan yang layak bagi petani kecil,” tukasnya.
Armida lantas mengutip data UNESCAP pada 2022, terdapat 7% dari USD198 miliar aset yang dikelola di seluruh dunia dialokasikan untuk pangan dan pertanian. Bahkan investasi di AgriTech juga sangat signifikan.
Investasi global dalam start-up AgriTech melampaui USD90 miliar pada awal 2021 dan dua tahun terakhir menyumbang setengah dari investasi. Data juga menunjukkan bahwa pendapatan bisnis inklusif di sektor ini tumbuh, demikian pula pendapatan petani.
“Di ESCAP, kami berkomitmen untuk mengarusutamakan bisnis inklusif sebagai sarana penting untuk membangun perekonomian yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan tangguh,” tutur Armida.
Senior Programme Officer, Global Development Bill & Melinda Gates Foundation Srivalli Krishnan menyakinkan, model bisnis inklusif mengambil peran yang baik. Terutama di critival area sejalan dengan langkah lembaganya yang berkomitmen meningkat ekonomi tingkat bawah, mengajak pihak swasta untuk mengembangkan petani-petani kecil.
Dukungan Bill & Melinda Gates Foundation terhadap bisnis inklusif mendukung peningkatan produktivitas pertanian, memperkuat posisi pertanian kawasan ASEAN, agar tetap kokoh dan bisa bertahan dari berbagai goncangan krisis dunia.
“Agenda ini penting dengan memanfaatkan dalam meningkatkan jaringan, melakukan kerjasama dengan organisasi, lembaga/kementerian, pihak swasta mendapat mentor dan spnsor untuk berkembang,” Krishnan mengutarakan.
Mulia Ginting – Erwin Tambunan
“Dengan memanfaatkan potensi sektor pertanian, kita dapat mengatasi masalah-masalah mendesak seperti kemiskinan, kesenjangan dan ketahanan pangan,” urai Teten Masduki. Foto: KemenKopUKM.
Artikel ini sudah terbit di govnews-idn.com