KemenKopUKM Dorong Petani dan Nelayan Berkoperasi Untuk Tingkatkan Skala Ekonomi

banner 468x60

JAKARTA, jurnal-ina.com – Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ahmad Zabadi mendorong petani berlahan sempit dan nelayan agar berkonsolidasi di wadah koperasi sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan memiliki skala ekonomi.

“Koperasi bisa menjadi jawaban berbagai keterbatasan di kalangan petani dan nelayan. Kita tahu bahwa petani yang menggambarkan pelaku usaha mikro dan kecil, saat ini memiliki keterbatasan ekonomi seperti lahan yang terbatas, Sumber Daya Manusia (SDM), akses pembiayaan, hingga kemampuan untuk menjangkau pasar,” kata Ahmad Zabadi saat menyampaikan keynote speech pada Seri Webinar dalam Rangka Peringatan Hari Koperasi ke-76 secara virtual, Senin (3/7/2023).

Read More
banner 300x250

Zabadi menjelaskan dengan segala keterbatasan yang dimiliki, koperasi menjadi pilihan rasional untuk mengembangkan usaha bagi petani dan nelayan.

“Koperasi bisa berperan mengolah hasil panen dan koperasi pula yang bergerak sebagai aggregator guna menghubungkan hasil produksi dengan market. Dengan demikian, bisnis yang dikelola memiliki skala ekonomi dan daya saing. Ini sekaligus meningkatkan produktivitasnya,” ujar Zabadi.

Dia memberikan contoh Koperasi Al-Ittifaq di Bandung, Jawa Barat mampu mengkonsolidasikan petani berlahan sempit dengan rata-rata 50 hingga 100 meter, menjadi 1.200 hektar.

“Selain mengkonsolidasikan lahan sempit petani, koperasi itu bermitra dengan offtaker akhir seperti gerai ritel modern Superindo dan lainnya untuk memasarkan produk hasil petani,” ucap Zabadi.

Di sektor perikanan, Zabadi menyebutkan pihaknya menerapkan program Solusi Nelayan Solar Untuk Koperasi Nelayan guna membantu para nelayan yang tergabung di koperasi, agar dapat lebih mudah menjangkau solar bersubsidi.

Aktivitas petani menyemprot pupuk untuk tanaman bawang.

“Kita tahu di sektor perikanan, 60% biaya yang dikeluarkan ada pada bahan bakarnya. Para nelayan harus membeli harga bahan bakar solar jauh dari harga subsidi yang ditentukan. Kami upayakan 250 desa kampung nelayan untuk difasilitasi SPBU nelayan kedepannya,” urai Zabadi.

Hadir sebagai narasumber Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute Tungkot Sipayung dan mengatakan, petani dan koperasi sawit merupakan penggerak ekonomi pedesaan yang tercatat signifikan mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan.

“Mengapa petani sawit memerlukan koperasi? Karena skala usaha perkebunan sawit rakyat relatif kecil dan menyebar, jalan sendiri-sendiri memiliki posisi tawar lemah serta secara lokal berada dalam dua kekuatan monopsonistis dan monopolistis,” tutur Tungkot Sipayung.

Dia menekankan pentingnya para petani sawit memiliki organisasi ekonomi yang mengintegrasikan hulu-hilir sehingga dapat mencapai skala ekonomi. Dengan begitu, para petani sawit rakyat hanya bergerak pada on farm, memiliki nilai tambah pada mata rantai bisnis sawit.

CEO Rumah Kesejahteraan Pendi Yusup mengungkapkan, dengan berkoperasi para petani dan nelayan akan merasakan manfaat ekonomi yang lebih ketimbang berjalan sendiri-sendiri.

“Koperasi bisa menjawab kebutuhan anggota, dalam konteks petani mampu memenuhi kebutuhannya. Selain itu dengan mengkonsolidasikan diri maka akan tercapai skala ekonomi, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah,” tukas Pendi Yusup.

Mulia Ginting – Erwin Tambunan

“Koperasi bisa berperan mengolah hasil panen dan koperasi pula yang bergerak sebagai aggregator,” tutur Zabadi melalui Webinar dalam Rangka Peringatan Hari Koperasi ke-76 secara virtual. Foto: KemenKopUKM.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *