JAKARTA, jurnal-ina.com – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) dan Kementerian Pertanian (Kementan) jalin kesepakatan bersama dalam pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) di bidang peternakan, hingga hilirisasi produk hasil peternakan.
“Kerjasama ini dalam upaya mengembangkan model bisnis peternakan dan pertanian perorangan skala kecil yang kita konsolidasi,” ujar Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki saat menandatangani kesepakatan bersama dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, di Jakarta, Selasa (9/5.2023).
Tujuan kerjasama itu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk hasil peternakan, memberikan nilai tambah dan daya saing produk hasil peternakan. Serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup peternak yang tergabung dalam koperasi dan UMKM.
Teten Masduki menekankan pentingnya model bisnis peternakan dan pertanian yang sustain dan efisien. Untuk itu, para peternak tidak mungkin usaha sendiri-sendiri dengan skala kecil. Saat ini, peternak ayam, sapi dan kambing masih orang per orang.
“Kebetulan, Mentan ada rencana mengembangkan 1.000 sapi untuk 1 klaster, bisa dalam bentuk koperasi. Artinya, satu manajemen dari hulu hilir, bukan hanya budidayanya tapi juga terhubung ke market. Bukan hanya model bisnis, tapi juga hilirisasi agar ada nilai tambah untuk peternak,” kata Teten.
MenkopUKM juga menyebutkan akan mensinergikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan dana koperasi. “Sudah ada piloting model seperti ini. Kerjasama ini selain bisa mengembangkan skala ekonomi, corporate farming berbasis peternak kecil dalam koperasi, terhubung ke offtaker dan pembiayaan. Juga hilirisasi kita kembangkan. Produknya terstandar dan sustain,” tutur Menteri.
Dicontohkan, selama ini pihaknya sudah banyak melakukan pendampingan untuk peternak sapi perah. Bahkan, dengan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) bekerjasama dalam pengembangan koperasi penggemukan domba. Begitu juga dengan PBNU, ada rencana membangun rantai koperasi ayam potong.
Domba cocok untuk petani yang tidak mempunyai lahan luas.
“Kita akan bangun piloting-piloting terlebih dahulu untuk kemudian menjadi role model. Kemudian, bisa direplikasi,” ucapnya.
Untuk peternakan, akan fokus pada pengembangan sapi perah dan terhubung ke offtaker-nya. Koperasi juga bisa mengembangkan produk turunannya. “Tinggal bisnis modelnya dirapikan. Kemudian, ayam potong dan domba, domba akan ditawarkan ke Kementan dan cocok untuk petani yang tidak mempunyai lahan luas,” urai MenKopUKM.
Teten mencontohkan negara di Eropa seperti Swiss dan Belanda, di mana pengembangan sektor agrikulturnya dikembangkan melalui koperasi. Bahkan, penghasil susu terbesar di dunia, juga dalam bentuk koperasi, dengan koperasi memiliki industri pengolahan susunya.
“Detailnya nanti antar Satgas dari Kementan dan KemenKopUKM akan mencocokkan, sektornya apa,” tukas MenKopUKM.
Mentan berharap kerjasama strategis ini mampu mendorong sektor budidaya makin optimal, pascapanen makin terolah dengan baik, hingga market yang bisa terprediksi dengan baik.
Untuk itu, Kementan membangun kerjasama dengan KemenKopUKM agar lebih spesifik di lapangan, untuk seluruh komoditas budidaya. “Kementan akan fokus di bagian budidaya, KemenKopUKM akan memfasilitasi business plan sampai marketnya dengan baik,” ulas Mentan.
Mulia Ginting – Erwin Tambunan
“Kita akan bangun piloting-piloting terlebih dahulu untuk kemudian menjadi role model. Kemudian, bisa direplikasi,” ucap Teten Masduki. Foto: KemenKopUKM.