Cara JK Menduniakan Komodo

Pengantar

Komodo, salah satu binatang purba yang masih hidup di Tanah Air, kembali “naik daun”, bersamaan dilangsungkannya KTT ASEAN Summit 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Fakta tersebut tidak memungkiri hadirnya tokoh bangsa bernama Jusuf Kalla.

Sosok yang dua kali menjabat Wakil Presiden itulah yang sejak tahun 2011 getol mempromosikan Komodo. Dalam status “jeda” sebagai Wakil Presiden, pria berkumis khas itu menjadi Duta Komodo. Kini, buah kerjanya 10 tahun yang lalu, menampakkan sinarnya.

Sebagai bagian dari gerakan “melawan lupa”, redaksi menayangkan ulang tulisan jurnalis senior, Egy Massadiah tahun 2013 berikut ini.

*

JAKARTA, jurnal-ina.com – Dengung komodo sebagai The New 7 Wonder World Nature (7 Keajaiban Dunia) sudah berlangsung setidaknya sejak 3 tahun silam. Namun untuk memenangkan gelar tersebut terasa senyap dan sunyi karena terus terang sebagian besar masyarakat tidak mendapat pemahaman yang tuntas. Hal lain cara menyampaikan informasi tersebut sulit dicerna masyarakat awam.

Di hari pertama JK dilantik sebagai duta besar komodo, saya termasuk salah satu yang rada “protes” Ada urusan apa lagi JK ujug-ujug urus peri-kebinatangan bernama Komodo? Padahal saat ini JK adalah ikon peri-kemanusiaan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum PMI? Bukankah tugas peri-kemanusiaan masih sangat membutuhkan energi JK, ngapain pula urus lagi peri-kebinatangan?

Untunglah Jusuf Kalla (JK), si gesit lincah yang mampu memberikan pemahaman utuh, singkat, padat, sederhana dan menukik ke kalbu serta sangat masuk akal sehat kita. Kenapa kita sebagai anak negeri harus mendukung komodo. Cara JK menjelaskan pun menggugah emosi kebangsaan kita.

Perlahan kekuatiran dan protes saya dapat terjawab secara lebih cepat dan lebih baik karena cara JK menjelaskan perihal komodo dengan logika sederhana.

Pertama-tama JK memberi latar belakang bahwa di zaman dulu pemilihan semacam bintang radio dan televisi dipilih oleh dua atau tiga juri, maka lahirlah sang bintang atau sang penyanyi. Tujuh keajaiban dunia tempoe doeloe semacam Piramid, Babylone, Menara Pisa, Tembok China dll. juga dipilih dan ditetapkan beberapa orang ahli saja.

Begitupula pemilihan gubernur, bupati dulu cukup dipilih oleh sekitar 50-100 anggota DPRD.

Demokrasi dan teknologi merubah segalanya di era sekarang. Demokrasi menjadi satu cara yang pada akhirnya melahirkan “sesuatu”. Teknologi menjadi alat atau salah satu instrument-nya. Penyanyi atau bintang macam American Idol atau Indonesia Idol (untuk menyebut beberapa contoh) dinobatkan sebagai selebriti baru, berdasarkan banyaknya orang yang memilih baik melalui jalur sms atau pun internet.

Artinya demokrasi untuk memilih, menetapkan seseorang atau apa pun berdasarkan suara terbanyak — tentu saja setelah melewati tahapan penyaringan yang disepakati bersama dan terbilang ketat.

Adapun komodo juga telah melewati tahapan tahapan semacam itu. Awalnya ada sekitar 400-an lebih nama yang diusulkan sebagai calon 7 keajaiban dunia. Kemudian tersaring menjadi 75-an nama hingga terakhir tersisa 28 finalis termasuk komodo yang tengah bertarung meraih gelar 7 keajaiban dunia.

Mengerucut kepada pemilihan komodo sebagai 7 keajaiban dunia, dimata JK semestinya bukanlah hal yang sulit. Pertama Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih 230 juta dengan jumlah pengguna handphone aktif sekitar 150-an juta (data lain menyebutkan 200 juta hp). Optimisnya jika 150 juta pemilik hp tersebut terpanggil untuk vote komodo maka dapat dipastikan komodo akan masuk sebagai pemenang dengan angka sms tertinggi.

Pesimisnya kalau yang vote hanya 30% toh kita masih bisa mendapat peluang menang dengan sekitar 45-an juta sms. Angka 45-an juta itu saya aminkan sebagai hal yang bisa terwujud, paling tidak jika membandingkan dengan jumlah sms yang beredar saat hari Raya Idul Fitri lalu.

Namun pemahaman yang paling masuk akal dan logic adalah penjelasan JK bahwa inilah cara paling murah mempromosikan Indonesia di tengah keterpurukan dan kegaduhan negatif dalam negeri. Sepakbola yang kita dambakan mampu mengibarkan merah putih di kancah dunia untuk sementara harus lengser dulu. Tapi kita punya harapan dan mimpi baru yang sebentar lagi menjadi kenyataan, yaitu komodo.

“Hidup di Kubangan”

“Komodo tetap komodo, komodo seratus tahun lagi tetap binatang, hidup di kubangan. Komodo tidak butuh baju baru, rumah baru, tidak butuh hp baru, bahkan komodo-nya pun tidak tahu kalau dirinya terpilih menjadi tujuh keajaiban dunia,” ujar JK. ”Tapi yang terbantu secara signifikan adalah masyarakat sekitar komodo dalam hal ini provinsi Nusa Tenggara Timur.

Jika kelak komodo terpilih menjadi 7 keajaiban dunia (dan terbukti akhirnya Komodi masuk 7 Wonder) maka secara otomatis kunjungan turis ke komodo akan naik 10 kali lipat dari saat ini. Ekonomi NTT akan bergerak lebih cepat, infrastruktur akan terbangun, hotel akan penuh, guide dapat order, restoran ramai, penjualan kerajinan tangan meningkat dan masih banyak lagi. Intinya melalui peri-kebinatangan bernama komodo kita membantu mensejahterahkan manusia. Dan saya percaya komodo bisa menjadi Bali kedua,” kata JK yakin.

Banyak hal pada saat itu yang memang bisa membuat kita optimis tampil sebagai pemenang. Pertama jumlah pengguna hp kita yang besar. Kedua, dari 28 finalis yang masuk hanya ada dua katagori binatang yaitu kura-kura dari Ecuador dan komodo dari Indonesia yang konon sudah ada sejak 40 juta tahun silam. Selain itu komodo adalah binatang yang paling tua di dunia saat ini yang masih bisa kita saksikan di alam nyata.

Langkah JK sebagai duta besar komodo memang sangat kencang. Sesuai dengan motonya Lebih Cepat Lebih Baek. Dua hari setelah mendapat mandat sebagai dubes komodo JK sudah hinggap di pulau komodo bersama rombongan pendukung dan pecinta komodo yang diangkut dua pesawat jet carter.

Dalam berbagai kesempatan tampil, baik untuk urusan kuliah umum di universitas atau pun saat pengannugrahan gelar doktor HC-nya di Universitas Brawijaya Malang JK tidak lupa mengkampanyekan vote komodo.

JK memang sangat piawai memahami di mana dan dengan siapa dia berkampanye. Saat di Makassar JK memunculkan informasi tentang adanya suku Bugis di pulau komodo yang secara langsung menggugah khalayak warga Sulawesi Selatan untuk vote via sms.

Seusai shalat jumat di Masjid Jenderal M Yusuf Al Markaz Makassar JK tampil ke mimbar mengajak jemaah untuk mengeluarkan handphone dan sms vote komodo. “Jumlah komodo saat ini sekitar 3.000-an yang terbagi di dua pulau. Pada salah satu pulau hanya ada dua mahluk hidup yang hidup di pulau tersebut, yakni sekitar 1.500-an komodo dan ada 300-an orang Bugis yang berprofesi sebagai nelayan sejak lebih 50 tahun silam,” papar JK yang disambut tawa hadirin.

Cerita yang lain JK diundang menghadiri ulang tahun satu perusahaan celana dalam dan BH (kutang) merek internasional produksi dalam negeri. Momen tersebut JK manfaatkan berkampanye komodo.

JK bercerita bahwa dulu saat masih menjabat wapres, dia mengkampanyekan sepatu JK Collection buatan Cibaduyut. Dengan mudah JK mengecek apakah menteri-menterinya menggunakan sepatu produksi dalam negeri, dengan cara menyuruh membuka sepatunya. Lalu bagaimana cara JK mengecek apakah pengguna celana dalam dan BH memakai merek yang dimaksud?

“Anda sebagai perusahaan celana dalam dan BH harus mendukung komodo. Kalau komodo terpilih maka turis akan banyak yang datang ke NTT, ekonomi makin membaik dan saya yakin penjualan celana dalam dan BH produksi anda juga akan naik di NTT.

Sekarang catat berapa omset penjualan anda dan bandingkan nanti setelah komodo terpilih, pasti penjualannya meningkat,” kata JK yang lagi-lagi disambut gelegar tawa hadirin. Ya JK memang pasti kesulitan jika meminta orang membuka BH seperti dia menyuruh orang melepas sepatu.

JK memiliki sejumlah identitas yang menonjol, pertama sebagai birokrat dan politisi. Pernah menjabat menteri, Ketua Umum Partai dan terakhir sebagai Wakil Presiden. Kedua, sosok JK sebagai saudagar. Tidak heran cara berpikir dan bertindak JK selalu beraroma efisien, cepat, tepat dan tanggap. Baginya tantangan bukanlah halangan, tetapi peluang. Sebagai duta besar Komodo, saya melihat keterlibatan JK untuk ihktiar perbaikan ekonomi Indonesia.

Dari perspektif kondisi ekonomi kekinian, dunia benar-benar telah menyatu dalam satu sistem ekonomi yang saling mengkait dan tak terpisahkan. Maka tantangan pada setiap negara dan masyarakat dunia adalah bagaimana mengemas diri agar tampil “sexy” sehingga dapat menjadi perhatian global dan pada akhirnya menjadi pemain global. Dalam bahasa yang lain JK memberikan “kemasan” pada komodo yang kelak menghasilkan nilai tambah ekonomi yang berlipat-lipat. Ujung dari semua itu tentu untuk kemakmuran dan mensejahterahkan rakyat.

Ibarat panglima perang, JK kini tengah berada di garis depan memimpin rakyat Indonesia berjuang menginternasionalkan Pulau Komodo. Kita percaya kelak komodo menjadi 7 keajaiban dunia, maka efek domino akan menggema ke penjuru negeri. Tinggal melahirkan komodo-komodo baru yang sebenarnya masih banyak tersembunyi di pelosok nusantara.

Terus terang ada satu pertanyaan saya yang belum terjawab dan memang tidak ingin saya tanyakan ke JK — agar jangan melahirkan kegaduhan baru: kemana dan ada di mana posisi pemerintah dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada hajatan komodo yang kelak menjadi tujuan pariwisata penting dunia? Tapi sudahlah, negara memanggil solidaritas kita berbangsa.

September 2013
Egy Massadiah

Jusuf Kalla dan penulis, Egy Massadiah. Foto: IS.

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *