JAKARTA, jurnal-ina.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki inginkan industri furnitur jago kandang atau dominan di pasar lokal, juga bersaing di pasar global.
“Kita harus memperkuat pasar domestik, karena pasar kita sangat besar. Nah, kebijakan substitusi impor kita harus diarahkan untuk masuk ke pasar global,” kata MenkopUKM, Teten Masduki, pada pelantikan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) masa bakti 2022-2027 di Jakarta, Selasa (27/9/2022).
MenKopUKM mencontohkan di China, di mana UKM sudah masuk pasar global, juga lebih dahulu menguasai pasar dalam negerinya. “Kita harus seperti itu. Dan itu harus menjadi strategi kita ke depan,” ujar MenkopUKM.
Teten Masduki mengatakan pemerintah sedang memperkuat pasar produk dalam negeri (UMKM) dengan menetapkan 40% belanja negara (APBN dan APBD) harus menyerap produk UMKM. “Presiden Jokowi malah ingin tidak hanya 40%, tapi 100%,” tegasnya.
Bila kebijakan 100% menyerap produk lokal diterapkan, MenkopUKM meyakini kinerja UMKM Indonesia bakal semakin kuat. Termasuk kebijakan substitusi impor. “Terlebih lagi, prosedur untuk masuk e-Katalog LKPP dan katalog daerah, sudah dipermudah. Dari 8 prosedur menjadi 2 prosedur saja,” ungkap Teten.
Dan UMKM yang sudah masuk e-Katalog, tidak perlu lagi mengikuti proses tender. “Namun, jangan sampai itu dikuasai usaha besar. Memang, harus ada batasan-batasan. Misalnya, belanja senilai Rp100 juta ke bawah harus UMKM,” urai MenkopUKM.
Meski begitu Teten menekankan belanja pemerintah juga harus produk yang berkualitas. Solusinya adalah mendorong terjadinya kemitraan antara usaha besar dengan UMKM. Misalnya, penyediaan komponen untuk industri besar, sekitar40-50% dipasok dari UMKM. “Langkah itu yang paling relevan dilakukan.”
Apalagi, terkait kemitraan tersebut, sudah diatur dalam UU Cipta Kerja. “Bagi usaha besar yang melakukan kemitraan, ada insentif pajak. Dan bagi UMKM terkecualikan dari aturan mengenai pengupahan buruh,” tutur MenkopUKM.
Memaparkan keinginanan kepada audiens
Gambaran kemitraannya, kata MenkopUKM, usaha besar fokus pada research and development, bahan baku, hingga marketing. Sementara proses produksinya bermitra dengan UMKM. “Ini yang bisa kita lakukan, khususnya di industri furnitur,” lanjut Teten.
Menteri juga mengharapkan Asmindo bisa memanfaatkan bahan baku rotan untuk dijadikan produk unggulan asal Indonesia. “Aturan larangan ekspor bahan baku rotan bisa direlaksasi menjadi minimal bahan setengah jadi. Karena, rotan ini merupakan peluang bisnis yang besar dan masih bisa dikembangkan,” tukas MenkopUKM.
Membangun Kolaborasi
Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat mengajak seluruh anggota Asmindo untuk membangun kolaborasi dan sinergi dengan banyak pihak, seperti pemerintah, BUMN, swasta dan asosiasi-asosiasi bisnis lainnya.
“Sehingga, UKM mebel kita bisa naik kelas. Misalnya, kita MoU dengan REI karena semua pengembang pasti membutuhkan mebel berkualitas,” papar Dedy.
Sementara Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida mengatakan pihaknya akan mensosialisasikan MoU dengan Asmindo agar para pengembang menggunakan produk dalam negeri.
“Selama ini, para pengembang terutama yang kelas menengah atas banyak memakai produk luar negeri atau impor. Tujuan MoU ini untuk menggiatkan pemakaian produk lokal,” ujar Paulus.
Bagi dia, bila seluruh kantor pemerintah dan swasta memakai mebel produk lokal, maka permintaannya akan naik signifikan. Sehingga Asmindo diharapkan melakukan pembinaan terhadap UKM agar kualitas meningkat. “Kalau perlu, untuk meningkatkan produk lokal, jangan ada lagi tender. Tapi, lebih kepada proyek penunjukan langsung,” imbau Paulus.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Juan Permata Adoe berharap Asmindo mampu meningkatkan nilai ekspor nasional. Dalam arti, harus mampu bersaing di pasar global. “Untuk meningkatkan serapan produk lokal, Kadin Indonesia sudah melakukan MoU dengan LKPP sebagai suplier pengadaan barang nasional,” Juan menuturkan.