MenKopUKM: Penting Kemitraan Koperasi Peternak Susu dan Offtaker Industri

KARAWANG, jurnal-ina.com – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) komitmen mengembangkan kemitraan antara koperasi peternak susu dengan offtaker industri, salah satunya PT Nestlé Indonesia guna meningkatkan populasi sapi perah dan produksi susu dalam negeri.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan, KemenKopUKM bersama pemerintah sangat fokus terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan peternak susu sapi perah Indonesia. Untuk itu, pihaknya ingin mengembangkan kemitraan koperasi peternak susu dengan offtaker industri, salah satunya Nestlé. Perusahaan ini merupakan produsen produk turunan susu terbesar di Indonesia. Selain itu, saat ini kondisi peternak susu di Tanah Air juga sedang mengalami kekurangan produksi.

Read More

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, jumlah rata-rata konsumsi susu di Indonesia masih di angka 16,27 kg/kapita/tahun. Angka tersebut masih jauh lebih sedikit di bawah rata-rata konsumsi susu dari negara tetangga seperti Malaysia 26,20 kg/kapita/tahun, Myanmar 26,7 kg/kapita/tahun dan Thailand 22,2 kg/kapita/tahun.

“Ada dua hal yang kita cermati. Pertama, memang bibit sapinya sudah perlu dilakukan peremajaan. Di mana suplai bibit sapi yang kurang. Kedua, terkait lahan pakan hijau yang kurang. Kedua permasalahan ini bisa diselesaikan dengan adanya kemitraan antara  peternak susu kepada koperasi dan industri besar,” tutur Teten Masduku pada Peresmian Investasi Nestlé Indonesia mencakup Perluasan Kapasitas Produksi MILO dan Instalasi Boiler Biomassa di Karawang, Jawa Barat, Selasa (7/6/2022).

Hadir Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Deputi Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Direktur Utama LPDB Supomo, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, Komisaris Nestlé Indonesia James D Tabalujan dan Presiden Direktur Nestlé Indonesia Ganesan Ampalavanar.

Pengguntingan pita secara berbarengan

MenKopUKM mengatakan, koperasi produsen susu sapi terus didorong untuk mengkonsolidasikan peternak-peternak sapi untuk tergabung ke koperasi dan juga bekerjasama dengan stakeholders terkait untuk penyediaan pakan ternaknya.

Tak hanya itu, dengan menghubungkan antara peternak susu sapi koperasi sebagai offtaker produk, serta offtaker industri, KemenKopUKM mengkombinasikan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM maupun dengan perbankan. Di mana porsi pembiayaan UMKM perbankan akan dinaikkan menjadi 30% pada 2024.

“Melalui cara ini, diharapkan meningkatkan populasi sapi perah dan produksi susu dalam negeri,” ujar MenKopUKM.

Peran koperasi sebagai offtaker pertama sambung menteri, guna memastikan produksi susu peternak mendapatkan kepastian pasar. Peternak dimungkinkan mendapat harga yang lebih tinggi dari peningkatan kualitas susu yang disetor, serta meningkatnya transparansi yang akan meningkatkan kepercayaan peternak kepada koperasi.

Nestlé akan mendapatkan susu yang berkualitas berdasarkan standar yang ditetapkan sebelumnya. Selain susu, pihaknya mendorong produk-produk lainnya yang dihasilkan koperasi dan UMKM dapat masuk ke rantai pasok di sektor swasta.

“Sudah terbukti, pendampingan yang dilakukan Nestlé kepada peternak sapi, sangat berdampak positif baik bagi perusahaan dan para peternak,” tutur dia.

Pihak petinggi manajemen menjelaskan secara rinci

Transfer teknologi dan skill manajemen, serta kepakaran lainnya dapat dilakukan perusahaan-perusahaan besar melalui program inkubasi dan pendampingan kepada koperasi dan UMKM.

“Kami percaya, dalam skala makro maupun mikro, kolaborasi pemerintah dan sektor swasta perlu dikembangkan, guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Khususnya dalam hal pemberdayaan koperasi dan UMKM,” ucap dia.

Instalasi Boiler Biomassa

Dalam kesempatan yang sama Teten juga mengunjungi Instalasi Boiler Biomassa milik Nestlé. Dia mengapresiasi acara peresmian perluasan kapasitas produksi dan Boiler Biomassa, sebagai upaya sektor swasta mendukung pemerintah dalam penciptaan lapangan kerja, penggunaan bahan baku dalam negeri dan komitmen mengatasi permasalahan energi dan lingkungan Indonesia melalui pembangunan Biomass Boiler.

Menurut MenKopUKM, komitmen Nestlé Indonesia sejalan dengan sustainable development goals (SDGs) untuk membantu lebih dari 50 juta anak hidup lebih sehat, membantu memperbaiki taraf hidup lebih dari 30 juta keluarga di berbagai kelompok masyarakat di ekosistem perusahaan, berupaya mencapai zero evironmental impact, sehingga menciptakan manfaat bersama.

“Isu perubahan iklim dunia yang menjadi concern Nestlé dapat terjawab dengan diresmikannya proyek boiler biomassa yang merupakan energi alternatif untuk mengurangi misi gas rumah kaca mengubah sekam padi atau gabah menjadi energi. Hal ini dapat mengurangi penggunaan energi fosil yang sewaktu-waktu habis,” ujarnya.

Tahun ini perusahaan itu akan mengikuti tema pencapaian Dairy Net Zero yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca oleh industri susu selama 30 tahun ke depan. Tema itu juga menandai perlunya meningkatkan pengelolaan limbah di sektor susu, agar industri ini lebih berkelanjutan.

Beragam produk minuman segar dan sehat

Sementara, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, hingga saat ini, Nestlé telah melakukan investasi di Indonesia lebih dari Rp4,6 triliun. Diharapkan hal ini terus akan meningkat jumlahnya di Indonesia. Selain itu, penambahan kapasitas pabrik susu MILO, semakin meningkatkan pengolahan produk dalam negeri hingga 100% oleh Nestlé.

“Ini semakin memperbesar penyerapan susu di kalangan peternak sapi yang ada di Karawang. Sehingga perlu pertimbangan juga untuk ekspor. Pemerintah terus mendorong keterlibatan UMKM lebih banyak lagi dalam ekonomi Indonesia. Saya juga berharap, Government Procurement (Pengadaan Barang dan Jasa) hingga Rp400 triliun, bisa beli susunya dioptimalkan ke UMKM,” ucapnya.

Sementara pembangunan instalasi Boiler Biomassa Nestlé juga mendorong penyerapan gabah petani, sehingga mengurangi signifikan efek rumah kaca. “Kapasitas Boiler Biomassa ini mencapai 8.800 ton sekam padi per tahun dari petani,” kata Menteri Luhut.

Presiden Direktur Nestlé Indonesia Ganesan Ampalavanar menambahkan, sejak berdiri pada 1971 di Indonesia, pihaknya turut mendorong pembangunan serta keberlanjutan ekonomi Tanah Air. Dengan meresmikan pabrik di Karawang, terutama memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi, Boiler Biomassa ini menjadi bahan bakar pabrik, menghasilkan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.

“Dipastikan investasi ini 100%, diproduksi di Indonesia dan mendukung program pemerintah Bangga Buatan Indonesia. Ke depan, peningkatan produksi kami guna ekspor ke negara lain,” katanya.

MULIA GINTING – ERWIN TAMBUNAN

“Kami percaya, dalam skala makro maupun mikro, kolaborasi pemerintah dan sektor swasta perlu dikembangkan,” ucap MenKopUKM. Foto: KemenKopUKM

Artikel ini sudah terbit di govnews-idn.com

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *