BALI, jurnal-ina.com – Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) berinovasi untuk menemukan pola dan ekosistem bisnis memperkuat dan memperluas pasar produk yang dihasilkan pondok pesantren, khususnya Koperasi Pondok Pesantren.
“Saya meyakini, bila semua potensi besar tersebut kita kawinkan, bakal menciptakan bisnis yang semakin efektif bagi pondok pesantren,” ungkap Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo pada Business Matching Koperasi Pondok Pesantren (Kopintren) di Kuta, Bali, Jumat (4/2/2022).
Terlebih lagi, LPDB-KUMKM mengemban dua amanah utama dari Menteri Koperasi dan UKM. Salah satunya adalah fokus dan konsentrasi membesarkan bisnis syariah di Kopontren. “Saya meyakini kita semua memiliki visi yang sama untuk pengembangan ekonomi syariah di Indonesia,” jelas Supomo.
Dalam tahap awal LPDB-KUMKM menghadirkan beberapa Kopontren yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan diperluas pangsa pasarnya. Yaitu, Kopontren Al Ittifaq (Bandung, Jabar), Koperasi Sarekat Bisnis Pesantren/KSBP Sunan Drajat (Lamongan, Jatim), Kopontren An Nur 2 (Malang, Jatim) dan Kopontren Nurul Jadid (Probolinggo, Jatim).
Bahkan, tak ketinggalan juga pertemuan ini menghadirkan PT BGR Logistics Indonesia, satu perusahaan BUMN yang bergerak di sektor jasa logistik dan pergudangan.
“Bisnis Kopontren ini harus beriringan dengan Hub Trend saat ini. Karena, bisnis yang ada pondok pesantren itu harus besar. Komoditinya apa, sehingga bisa saling terhubung dengan efektif,” kata Supomo.
Dicontohkan KSBP yang memiliki anggota sebanyak 17 pondok pesantren serta masing-masing memiliki jumlah santri tak kurang dari 10.000 orang. “Kebutuhan santri itu sangat banyak. Tak hanya terkait pangan dan sandang saja, tapi kebutuhan lainnya juga sangat besar,” ucap Supomo.
Supomo mengepalkan tangan sebagai sinyal kebersamaan
Dari satu sisi saja, misalnya seragam santri. Begitu juga dengan Kopontren Al Ittifaq yang membutuhkan banyak mitra untuk mengembangkan dan memasarkan produk-produk hortikultura (sayuran) yang memang menjadi core business-nya selama ini.
Saat ini, Al Ittifaq baru mampu memproduksi sayuran sebanyak 7 ton per hari, sedangkan kebutuhannya sebesar 40 ton. Diharapkan nanti dengan terbangunnya Green House, akan meningkatkan produksi sayuran Al Ittifaq menjadi 10 ton per hari.
Untuk Kopontren Nurul Jadid Jawa Timur, Supomo melihat potensi garmen bisa terus dikembangkan produk dan pemasarannya. “Untuk An Nur 2, saya akan fokuskan di holdingisasi, khususnya memasarkan komoditi gula,” tukas Supomo, seraya menyebutkan bahwa KSBP Sunan Drajat saat ini memiliki produksi garam yang cukup besar.
“Jadi, pertemuan strategis ini diharapkan akan memunculkan banyak kerjasama bisnis antar Kopontren, hingga sharing session. Bisa saling meniru atau melengkapi yang sudah ada.”
Ke depan, ketika pola dan ekosistem bisnis antar Kopontren sudah terbentuk dan terjalin, akan terluhat di mana posisi LPDB-KUMKM. Intinya, ke depan apa rencana bisnis para Kopontren dan apa kebutuhannya. Sehingga, LPDB bisa mengetahui harus berada di posisi yang mana.
“LPDB-KUMKM tidak sekadar hanya menyalurkan pembiayaan dana bergulir, tapi juga melakukan pendampingan usaha para mitra kami. Kami bisa masuk ke pola dan ekosistem itu dalam bentuk working capital,” urainya.
Halal Value Chain
Direktur Pembiayaan Syariah LPDB-KUMKM Ari Permana menambahkan bahwa langkah ini juga untuk memperkuat Halal Value Chain berbasis pondok pesantren. “Ini juga akan memperkuat ekosistem keuangan syariah, khususnya yang dilakukan pondok pesantren di Indonesia,” kata Ari.
“Kita akan terus melakukan perkuatan permodalan Kopontren berbasis Business Plan. Sehingga, produktifitas bisnis Kopontren akan terus meningkat, seiring dengan perkuatan permodalan,” ulas Ari.
Dalam pertemuan tersebut, CEO Kopontren Al Ittifaq Agus Satria Irawan, Gus Anas Alhifni (KSBP Sunan Drajat), Ma’ruf Mubarok (Kopontren An Nur 2) dan Faizil Syamwil atau Gus Faiz (Kopontren Nurul Jadid), menyambut baik dan atusias lengkah business matching tersebut.
ERWIN TAMBUNAN
“Bisnis Kopontren ini harus beriringan dengan Hub Trend saat ini. Karena, bisnis yang ada pondok pesantren itu harus besar. Komoditinya apa, sehingga bisa saling terhubung dengan efektif,” kata Supomo. Foto: Humas