CIAMIS, jurnal-ina.com – Pengembangan aplikasi pengenalan wajah atau face recognition (FR) di RSU Dadi Keluarga Ciamis (RSDK Ciamis) sangat menarik perhatian BPJS Kesehatan. Direksi BPJS Kesehatan seolah menemukan ‘mutiara’ di kaki Gunung Sawal. Teknologi yang sudah cukup lama dijadikan program BPJS Kesehatan ini ternyata justru telah diaplikasikan oleh rumah sakit swasta di pelosok Jawa Barat.
Pengakuan ini disampaikan Direktur Perencanaan, Pengembangan, dan Manajemen Risiko BPJS Kesehatan Dr dr Mahlil Ruby, MKes saat melihat langsung aplikasi FR di RSDK Ciamis, Jawa Barat, Jumat (18/2/2022). “Saya sangat terkesan atas inovasi teknologi yang dikembangkan oleh RSDK Ciamis. Inovasi tidak harus datang dari kota besar. Di kaki Gunung Sawal ini, inovasi teknologi telah lahir,” ujar Mahlil.
Aplikasi FR ini sebelumnya sudah ditinjau oleh Deputi Direksi Wilayah Jawa Barat Fachurrazi, 19 Januari 2022 lalu. Setelah kunjungan itu, Fachrurrazi kemudian menyampaikan aplikasi pengenalan wajah ini kepada jajaran direksi.
Gayung bersambut, direksi menyambut hangat temuan ini. “Begitu mendengar laporan itu, saya yang pertama kali merespons. Saya harus ke Ciamis untuk melihat langsung. Alhamdulillah. Ternyata inovasi ini memang layak diangkat lebih tinggi, ke level nasional,” tambah Mahlil.
Aplikasi FR ini dikombinasikan dengan antrian online Mobile JKN milik BPJS Kesehatan. “Kami juga memiliki aplikasi antrian RSDKC Online yang sudah tersambung dengan Mobile JKN. Pasien bisa menggunakan salah satu aplikasi itu untuk mendaftarkan diri,” imbuh Direktur RSDK Ciamis dr H Muhamad Ikbal, MM.
Mahlil Ruby, MKes saat melihat aplikasi FR di RSDK Ciamis, Jawa Barat
Pasien yang telah melakukan pendaftaran online, akan mendapatkan notifikasi nomor antrian yang dilengkapi dengan QR Code. Dengan QR Code ini, pasien tinggal melakukan check-in di anjungan antrian mandiri. Hanya dengan melakukan scan QR Code, pasien dapat melakukan deteksi pengenalan wajah.
Apabila wajah terdeteksi, sistem akan menerbitkan surat eligibilitas peserta (SEP) secara digital dan mengeluarkan nomor antrian. “Selanjutnya, pasien langsung menuju ke poli yang dituju. Proses admisi atau pendaftaran dapat dipotong jauh lebih cepat,” papar Fachrurrazi.
Dalam kunjungan ini, Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Risiko BPJS Kesehatan sengaja mengajak Direksi Wilayah Jawa Barat Fachurrazi, Deputi Direksi Bidang Riset dan Inovasi Benjamin Saut PS, Asisten Deputi Bidang Manajemen, Inovasi dan Aset Pengetahuan Subhkan, Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Kinerja Kantor Cabang Roni Kurnia, serta Kepala Cabang Banjar Iwan Kurnia. Sejumlah tim BPJS Pusat juga ikut hadir.
Dalam sesi diskusi, Kepala Tim Percepatan Digitalisasi RSDK Ciamis Aditya Wahyudi menjelaskan secara teknis aplikasi FR. “Kami sudah mengaplikasikan teknologi FR ini selama dua tahun, melalui aplikasi kepegawaian di RSDK Ciamis. Kami yakin, teknologi ini dapat dikembangkan untuk pelayanan, terutama validasi identitas pasien,” jelasnya.
Agar dapat menggunakan aplikasi ini, seluruh pasien baru diwajibkan melakukan pengambilan foto. Dalam satu kali pengambilan foto, disimpan 100 foto dalam waktu kurang dari 30 detik. Foto-foto inilah yang dijadikan dasar pengenalan wajah yang kini dipasang di anjungan antrian mandiri. “Ke depan, bisa dikembangkan pengenalan wajah melalui smartphone, seperti yang sekarang digunakan oleh sekitar 300 karyawan,” tambah Aditya.
Mendengarkan rincian dari manajemen rumah sakit setempat
Pengembangan aplikasi ini tidak memerlukan investasi besar. “Bila berkenan, kami siap bekerjasama mengembangkan aplikasi ini ke tingkat nasional. Tidak diperlukan investasi besar. Yang diperlukan adalah kemauan untuk maju,” timpal Ir Dhodhik M Utomo, Direktur PT RSDK Ciamis.
RSDK Ciamis telah melahirkan beberapa aplikasi untuk mendukung pelayanan dan kinerja rumah sakit. “Kami pernah kesulitan mengikuti ketentuan BPJS Kesehatan. Akhirnya kami mencanangkan 2020 sebagai tahun digitalisasi. Hasilnya sangat terasa, terutama pada aspek pelayanan dan pemberkasan klaim,” aku Ikbal.
Ikbal berharap, inovasi FR ini dapat diterima oleh BPJS sebagai salah satu validasi kepesertaan, selain sidik jari. “Kami siap memberikan pelayanan paperless. Pasien hanya perlu membawa smartphone,” katanya.
RSDK Ciamis juga sudah menerapkan aplikasi V-Claim versi 2. Dibandingkan versi sebelumnya, versi 2 ini memiliki kelebihan pada sisi kemudahan dan kecepatan pelayanan. “Aplikasi ini sudah ter-bridging dengan SIMRS sehingga petugas kami tidak perlu lagi membuka dua aplikasi saat pelayanan pasien. Kini, kami cukup membuka SIMRS untuk mencetak SEP. Database peserta secara otomatis terisi,” aku Ikbal.
Untuk melakukan verifikasi internal, RSDK Ciamis telah menggunakan aplikasi Frandita (Fraud Initiation Detection in Hospital). Dengan aplikasi deteksi dini fraud di rumah sakit ini, para koder dan petugas casemix lebih cepat dan akurat melakukan pemberkasan klaim sehingga menekan kemungkinan terjadinya fraud. Kemungkinan berkas kurang lengkap juga bisa ditekan sehingga gagal klaim bisa dihindarkan sejak dini.
ONO
“Begitu mendengar laporan itu, saya yang pertama kali merespons. Saya harus ke Ciamis untuk melihat langsung. Alhamdulillah. Ternyata inovasi ini memang layak diangkat lebih tinggi, ke level nasional,” tambah Mahlil. Foto: RSDADI.